Saat masih muda dulu pernah berpikir kurang bagus ketika nggrundel atau ngrasani teman kerja yang lebih tua. Misalnya, enak ya teman yang itu tiap hari izin pulang lalu tidak kembali ke sekolah. Enak ya teman itu hanya mengajar dan siang sudah pulang tidak sesuai jam nya. Apalagi zaman dahulu, sistem kerja tidak ada presensi yang dicek oleh atasan. Paling hanya presensi formalitas. Seiiring berjalannya waktu, presensi pun sudah mulai canggih dengan adanya finger print, lalu sekarang menjadi presensi melalui aplikasi dengan adanya titik koordinat melalui GPS. Saya pun semakin senang dengan hal itu, yang setidaknya mengubah budaya kedisiplinan dan ketertiban pegawai menjadi baik. Namun, tetap ada saja orang yang memanfaatkannya tidak dengan tujuan yang baik.
Proses nggrundel saya di waktu muda pun mulai berangsur-angsur hilang. Karena sebagai guru biasa, saya tidak punya kehebatan ataupun wewenang untuk mengubah kedisiplinan seseorang. Alhasil, saya pun hanya fokus terhadap apa yang saya kerjakan dan lakukan di lingkungan kerja, tanpa harus berharap lebih kepada rekan kerja untuk sama dengan apa yang saya pikirkan.
Saya pun mulai berpikir bahwa memang banyak orang yang tidak bisa menjadi disiplin karena berbagai macam keadaan yang dialami. Saya sendiri pun juga seperti itu. Banyak faktor yang mempengaruhi kedisiplinan seseorang dalam bekerja ataupun dalam melakukan sesuatu.
Mulai sekarang pun, saya tidak ingin untuk menghakimi seseorang hanya karena melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan saya. Bisa jadi tindakan orang lain itu betul, atau biasa di mata orang-orang tersebut. Bisa jadi juga hal-hal yang dilakukan oleh orang lain karena memang hanya itu yang bisa dilakukan.