25-11-25 Refleksi Hari Guru

 



Setiap tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Dimana hari tersebut merupakan hari yang spesial bagi seluruh guru di Indonesia. Sebagai seorang yang berprofesi sebagai Guru, tentunya itu adalah hal yang sangat membanggakan dan membahagiakan, karena guru diakui dan diberikan hari istimewa di Indonesia. 

Meskipun masih banyak kekurangan dalam dunia pendidikan di Indonesia, setidaknya para guru masih dihargai di negara ini. Para guru tak pernah lelah untuk selalu mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru menjalani dengan ikhlas untuk mengajar dan mendidik siswa. Guru yang selama ini mendapat predikat Pahlawan Tanpa Tanda Jasa jelas harus selalu mensyukuri dan bersemangat di dalam mengemban tugas mulia untuk dunia pendidikan. 

Tanpa profesi guru, pendidikan tidak akan pernah berjalan. Guru tidak hanya mentransfer ilmu dengan mengajar, namun memberikan bimbingan dan mendidik karakter siswa untuk menjadi manusia yang baik dan lebih memanusiakan manusia. Guru mendapatkan kedudukan terhormat di tengah-tengah masyarakat. Entah di lingkungan RT, RW, Desa, atau Kecamatan, para guru biasanya mendapat tempat untuk menjadi pemimpin, untuk menjadi tokoh. 

Terlepas dari semua itu, guru tidak boleh jumawa ketika profesinya diperingati dan dijadikan Hari Nasional. Guru harus tetap rendah hati, harus terus belajar untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuannya dalam mengajar dan mendidik anak manusia. 

Era media sosial yang semakin luar biasa ini, guru harus lebih mampu mempelajari dan mengikutinya dengan baik. Harus lebih bijak dalam menggunakan, memanfaatkan, dan menyikapinya. 



Mengisi Kosong Jam Mengajar

Mengisi Kosong Jam Mengajar

 Sebagai seorang guru di sekolah menengah kejuruan (SMK), sudah pasti banyak waktu kosongnya jika kita mengajarnya 12 - 24 Jam pelajaran saja. Karena biasanya dalam satu minggu, ada sekitar 46-51 Jam pelajaran. Sehingga masih banyak waktu luang yang bisa dilakukan oleh Guru. 

Saya pun hari ini mulai memutuskan untuk mengisinya dengan menulis di blog ini saja, karena memang blog ini awal saya buat adalah untuk menuangkan ide, gagasan, ran buah pikiran saya. Daripada saya terlalu banyak menggunakan waktu untuk melihat Youtube, scroll Medsos, atau melihat produk-produk di marketplace. Hehe.

Menulis secara konsisten memang berat, adakalanya banyak hal dan rintangan yang menghadang, apalagi ketika malas melanda dan sudah merasa berada di zona nyaman. Sehingga menulis bukan menjadi kebutuhan, atau pengisi waktu luang saya. Akan tetapi, saya mulai memahami bahwa saya harus meninggalkan jejak tulisan agar berbagai macam pikiran bisa saya tuangkan dalam bentuk tulisan. Entah itu mempunyai manfaat atau tidak, yang jelas kegiatan menulis ini dapat menimbulkan kebahagiaan di hati. 


Proses mendewasa

Proses mendewasa

Saat masih muda dulu pernah berpikir kurang bagus ketika nggrundel atau ngrasani teman kerja yang lebih tua. Misalnya, enak ya teman yang itu tiap hari izin pulang lalu tidak kembali ke sekolah. Enak ya teman itu hanya mengajar dan siang sudah pulang tidak sesuai jam nya. Apalagi zaman dahulu, sistem kerja tidak ada presensi yang dicek oleh atasan. Paling hanya presensi formalitas. Seiiring berjalannya waktu, presensi pun sudah mulai canggih dengan adanya finger print, lalu sekarang menjadi presensi melalui aplikasi dengan adanya titik koordinat melalui GPS. Saya pun semakin senang dengan hal itu, yang setidaknya mengubah budaya kedisiplinan dan ketertiban pegawai menjadi baik. Namun, tetap ada saja orang yang memanfaatkannya tidak dengan tujuan yang baik. 

Proses nggrundel saya di waktu muda pun mulai berangsur-angsur hilang. Karena sebagai guru biasa, saya tidak punya kehebatan ataupun wewenang untuk mengubah kedisiplinan seseorang. Alhasil, saya pun hanya fokus terhadap apa yang saya kerjakan dan lakukan di lingkungan kerja, tanpa harus berharap lebih kepada rekan kerja untuk sama dengan apa yang saya pikirkan. 

Saya pun mulai berpikir bahwa memang banyak orang yang tidak bisa menjadi disiplin karena berbagai macam keadaan yang dialami. Saya sendiri pun juga seperti itu. Banyak faktor yang mempengaruhi kedisiplinan seseorang dalam bekerja ataupun dalam melakukan sesuatu. 

Mulai sekarang pun, saya tidak ingin untuk menghakimi seseorang hanya karena melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan saya. Bisa jadi tindakan orang lain itu betul, atau biasa di mata orang-orang tersebut. Bisa jadi juga hal-hal yang dilakukan oleh orang lain karena memang hanya itu yang bisa dilakukan. 

Soal yang Mudah Lebih Cepat Dipahami Siswa

 


Mengajar matematika di SMK memang gampang-gampang susah. Ketika mendapatkan materi yang sulit, butuh cara dan metode yang tepat untuk diajarkan kepada siswa. Metode lama, yaitu dengan menerangkan contoh soal lalu menjelaskan, dan memberikan latihan ke siswa terkadang memang masih baik dan teruji dalam pemahaman siswa. Namun metode tersebut terkadang juga sulit diterima siswa, jika berhadapan dengan soal-soal yang sulit. Saya ambil contoh untuk materi Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel (SPLTV). Jika saya langsung memberikan soal-soal SPLTV dan menerangkan ke siswa SMK, bisa jadi hanya beberapa siswa yang paham. Dasar siswa dalam memahami SPLTV harus terlebih dahulu memahami Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV). Metode penyelesaian SPLDV dengan Eliminasi dan Substitusi atau Metode Gabungan menjadi cara yang tepat untuk siswa SMK menurut saya. Tidak perlu menjelaskan metode Eliminasi dan Eliminasi atau Metode Substitusi dan Substitusi, karena di SMP/MTs para siswa sudah mempelajarinya. 

Hanya saja jika langsung menggunakan metode Gabungan tersebut, siswa kesulitan jika mengerjakan soal-soal SPLTV. Saya pun mencoba membuat hasil variabelnya terlebih dahulu, di mana diketahui nilai x, y, atau z. Setelah itu siswa saya berikan persamaan secara acak. Siswa lebih antusias untuk menemukan hasil nya dibanding menemukan nilai x, y, atau z ketika berhadapan langsung dengan soal SPLTV. Nilai atau besaran untuk x, y, dan z saya buat mudah, dengan nilai kecil atau ribuan. Siswa lebih bisa memahami. Namun jika sudah mencari nilai x, y, atau z di dalam SPLTV, siswa kesulitan, atau dalam pemikiran mereka, terlalu lama dalam mengerjakan. 

Saya pun mencoba mengevaluasi cara mengajar dengan menerapkan berbagai cara dan metode agar siswa memahami terlebih dahulu konsep sistem persamaan linear dua variabel atau tiga variabel. Memang masih diperlukan jam terbang tinggi oleh para siswa, atau semacam drill latihan soal-soal SPLDV dan SPLTV agar lebih cepat dalam mengerjakan soal-soal. Ketika diberikan soal-soal kontekstual, atau soal cerita, siswa lebih lama lagi dalam membuat atau membahasakan soal ke dalam baha matematika, atau model matematika nya. Sehingga diperlukan kesabaran dan latihan terus menerus oleh para siswa. Tulisan saya kali ini pun masih serputar SPLTV atau SPLDV, belum materi-materi dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi lagi. hehehe

Namun, saya pun tidak boleh berputus asa dan mencoba memotivasi diri sendiri, serta meyakinkan diri bahwa siswa yang tidak bisa memahami materi, suatu saat akan bisa. Meskipun hanya memahami kulit luarnya saja, sudah menjadi kebahagiaan tersendiri bagi saya. Karena menjadi guru tidak hanya mengajar, namun juga mendidik bukan. 


Oktober 2023

Taufik F

(Masih) Mencari Cara agar siswa paham Matematika

 


Pagi ini, Jum'at 29 September 2023, setelah melihat hasil Ulangan Harian anak-anak yang saya ajar, kembali membuat saya berpikir untuk mencari cara agar siswa paham dan bisa mengerjakan soal-soal matematika. Karena sebagai guru matematika yang baru memulai karir di tahun 2009, terkadang ingin sekali menjadikan siswa pintar matematika. Tetapi kenyataan dari tahun ke tahun masih tetap sama. Saya pun mulai browsing di internet, belajar di youtube dan membaca tulisan-tulisan orang di blog/website untuk mencari cara-cara baru agar siswa termotivasi belajar matematika. Mulai dari mencoba menggunakan kuis dalam pembelajaran dengan Quizizz, lalu membuat tes diagnostik tentang matematika melalui google form. Saya pun mencoba untuk sedikit merubah gaya mengajar, dengan lebih memberi waktu siswa untuk membaca dan memahami soal-soal dari buku paket. 


Langkah-langkah di atas memang belum sepenuhnya manjur atau ampuh untuk menjadikan siswa memahami konsep matematika dengan baik. Namun, setidaknya ada banyak variasi dan inovasi dalam mengajar, sehingga siswa tidak monoton dalam belajar di dalam kelas. Meskipun hasil ulangan harian masih belum baik nilai-nilai yg di dapat siswa. Saya pun melakukan evaluasi diri dalam mengajar, dengan melakukan berbagai pendekatan dalam pembelajaran. Sehingga penilaian pembelajaran tidak hanya di ambil dari hasil ulangan tapi bisa dari nilai tugas, observasi, keaktifan, sikap, dan lain sebagainya. 

Sampai dengan hari ini dan seterusnya, saya pun mencari formula-formula baru dalam mengajar matematika, agar siswa lebih bisa memahami matematika. Terlepas dari stigma ata cap sejak dulu kala, bahwa matematika itu pelajaran yang sulit, saya harus mampu setidaknya membuat siswa nyaman dan senang untuk belajar matematika terlebih dahulu. 

Matematika hampir dipandang sulit oleh sebagian besar siswa. Banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika itu penuh dengan angka dan rumus-rumus. Siswa sudah putus asa terlebih dahulu jika ketemu soal-soal matematika. Siswa malas dan hanya mencatat hasil pengerjaan soal dari guru di papan tulis. Siswa tidak berusaha untuk memahami konsep terlebih dahulu. Banyak faktor memang yang mempengaruhi siswa kesulitan dalam memahami matematika. Namun sebagai seorang guru, kita tidak boleh berputus asa, dan harus selalu berusaha agar siswa memahami pelajaran matematika dengan baik. 

Semoga apa yang telah kita usahakan dari waktu ke waktu dapat menjadikan siswa lebih memiliki pemahamanan tentang pelajaran yang kita ajarkan. Semoga siswa juga memiliki karakter yang baik dari hasil belajar matematika secara tidak langsung. 


Jepara, 29 Setember 2023

Taufik 

Luangkan Waktu untuk membaca buku

Luangkan Waktu untuk membaca buku


Era sekarang ini, membaca buku bisa dikatakan hal yang sangat berat untuk dilakukan. Di mana internet semakin mudah dijangkau, informasi apapun bisa didapatkan dengan mudah. Namun, ada baiknya kita harus membaca buku. 

Dulu, mungkin kita sedikit kesulitan untuk membeli buku-buku yang berkualitas, namun sekarang ini, marketplace sudah banyak penjual buku yang menjajakan dagangannya. Sehingga kita lebih mudah untuk membeli buku-buku bagus. Dalam membeli juga kita harus memilih membeli buku asli dan tidak bajakan. 

Berikut beberapa dari sekian banyak buku yang bisa kita beli di marketplace : 

1. Buku Dunia shopie

2. Buku Ikhlas Paling Serius

Apa Enak dan Tidak Enaknya Jadi Waka Kurikulum ?

 Tahun 2020 adalah tahun dimana saya mendapatkan tugas tambahan menjadi wakil kepala sekolah bidang kurikulum yang biasa disingkat menjadi waka kurikulum. Di Tahun tersebut, Kepala Sekolah mengirim WhatsApp (WA) ke saya untuk menjadi Waka Kurikulum menggantikan Waka sebelumnya. Keesokan harinya setelah mengirim WA, Kepsek meminta untuk bertemu dan membahas soal pergantian Waka Kurikulum. Awalnya saya menolak dan bilang bahwa saya masih muda dan kurang mumpuni untuk menjadi Wakakur dan masih banyak guru senior yang lain, tetapi alasan saya ditolak oleh Kepsek dan tidak dapat diganggu gugat. Akhirnya saya pun menerima dengan pasrah menjadi Wakakur. 

desain foto dari canva.com

Di awal-awal tahun mendapat tugas tambahan sebagai Waka, hidup terasa berat dan pikiran gak karuan. Ada banyak pekerjaan dan tugas-tugas yang harus diselesaikan. Membuat program-progam Sekolah dan seabreg kegiatan lainnya. Belum lagi kalau membahas masalah anggaran sekolah, ah itu yang bisa membuat pusing dan bingung. Bagaimana mengatur supaya keuangan sekolah tetap sehat dan kegiatan dapat berjalan lancar butuh ketelitian. 

Namun, yang namanya mendapatkan tugas menjadi apapun, pasti ada suka dan dukanya, ada enak dan tidak enaknya. Apapun itu. Berikut adalah beberapa hal yang saya alami ketika mendapat tugas tambahan waka kurikulum. 

Enaknya jadi Wakakur

1. Jam mengajar hanya 12 jam
Sesuai peraturan, Wakil Kepala Sekolah di SMK setara dengan 12 jam. Jadi, saya hanya mendapat jam mengajar 12 jam. Karena mapel yang saya ampu Matematika dan perkelas 4 jam, maka saya hanya pegang 3 kelas. Jika 3 kelas itu semuanya kelas XII, maka setelah bulan Maret biasanya banyak free mengajar nya, karena hari-hari penuh Ujian bagi kelas XII. 

2. Banyak waktu Luangnya
Seperti yang saya utarakan di atas, banyak sekali waktu luang di sekolah. Sehingga bisa saya manfaatkan untuk hal-hal lainnya yang bermanfaat. Meskipun terkadang melakukan hal-hal yg kurang bermanfaat. Seperti browsing terus-terusan di internet yang tak tahu tujuannya. 

3. Belajar hal-hal baru
Banyak hal yang saya pelajari selama dapat tugas tambahan jadi wakakur. Belajar mengatur waktu, berkomunikasi dengan banyak orang, menyelesaikan konflik, menyelesaikan masalah, mengkoordinir banyak orang, membuat keputusan, membuat peraturan, dan masih banyak hal lainnya.

4. Dapat info terbaru lebih cepat
Informasi dari Kepala Sekolah atau dari pihak luar sudah pasti banyak sekali. Salah satu enaknya jadi wakakur, ya lebih cepat mendapatkan info-info terupdate dan terbaru. 

5. Bisa menuangkan ide dan gagasan
Jika jadi guru saja, mungkin sedikit kesulitan untuk menuangkan ide di sekolah. Namun, setelah jadi wakakur, menuangkan ide yang banyak berkecamuk di kepala menjadi lebih mudah. Sehingga tidak hanya sekedar ide, namun tindakan nyata. 

Sebenarnya masih banyak hal enak jadi Wakakur, namun tidak seimbang jika hanya bicara yang enak-enak saja. Karena yang tidak enak juga banyak sekali. 

Tidak enaknya jadi Wakakur
1. Kerjaan tak ada hentinya
Kata teman-teman guru senior, Kurikulum adalah jantungnya sekolah. Dan memang benar, karena jantung itu harus berdetak, maka kurikulum itu ya harus berjalan terus. Di awali dengan membuat rancangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebelum tahun pelajaran baru, lalu membagi Jam mengajar. Setelah itu mengatur jadwal kegiatan belajar mengajar, nanti mengatur Ulangan Tengah Semester (UTS) dilanjutkan Ulangan Akhir Semester. Nanti ada Ujian Sekolah, ada Uji Kompetensi Keahlian, ada Asesmen Nasional dan Ulangan Kenaikan Kelas. Masih ada juga, penulisan ijazah. Pokoknya waow sekali tugas Wakakur. Itulah sebaiknya Wakakur dibantu oleh banyak guru lainnya sebagai suatu Tim. 

2. Jadi sok Sibuk
Sebenarnya enak menjadi orang yang tidak sibuk dan biasa saja. Karena bisa menikmati waktu dengan santai. Menjadi wakakur sudah pasti akan banyak kegiatan yang terus menerus. 

3. Banyak dikomplain
Jadi wakakur harus siap menerima komplain dari sesama guru, siswa dan orang tua/wali. Belum lagi dari Kepala Sekolah. Sehingga harus bisa mengatasi dan menerim komplain dengan baik.

4. Deadline pekerjaan membuat pikiran
Pekerjaan yang dibatasi waktu pasti akan membuat pikiran bekerja dengan keras. Harus pandai dalam mengatur pikiran agar tidak stress. 

5. Lebih banyak waktu di Sekolah
Pekerjaan yang banyak sudah pasti membutuhkan waktu yang banyak pula. Jadi Wakakur pasti akan banyak menghabiskan waktu di sekolah. 

Itulah tulisan saya tentang enak dan tidak enaknya menjadi Wakakur. Tulisan tersebut berdasarkan apa yang saya alami sendiri dan pastinya akan berbeda dengan orang lain. Enak dan tidak enaknya seseorang itu bersifat relatif. Tergantung bagaimana kita dapat memanage pikiran dan perasaan, sehingga dapat menjalani pekerjaan dengan baik dan tidak merasa terbebani. 

Pekerjaan yang baik adalah pekerjaan yang kita cintai. Untuk apa melakukan pekerjaan jika kita tidak mencintainya? Jika belum mencintai, maka kita harus memaksa diri untuk mencintai pekerjaan itu. Lambat laun, pekerjaan yang kita geluti pasti akan terasa ringan dan menyenangkan. 

Taufik Fadholi
Orang biasa yang kebetulan menjadi Guru

Refleksi 12 Tahun jadi Guru

 


Sabtu, 22 Januari 2022

Di awal-awal tahun baru 2022 ini tiba-tiba saya ingin merefleksi pekerjaan atau profesi saya sebagai seorang guru. Mulai mengajar tahun 2009, dan ini sudah tahun 2022. Sudah 12 tahun dan hampir 13 tahun mengabdi untuk menjadi guru. Banyak suka duka menjalani profesi seorang guru. Banyak cita-cita yang sudah kesampaian dan yang belum kesampaian. Banyak cerita, banyak teman, dan banyak sekali hal lainnya yang saya dapat saat menjalani profesi guru. 

Guru memang identik dengan mengajar dan mendidik. Tapi selain itu, banyak sekali hal-hal lainnya yang dilakukan oleh guru. Di zaman serba teknologi digital dan internet yang semakin dahsyat ini, guru mau tidak mau harus mempelajari teknologi. Mengajar tidak hanya melalui sumber buku. Sumber-sumber yang lain untuk belajar sekarang ini sudah sangat banyak. Entah tulisan-tulisan di website atau blog, juga video yang ada di youtube. Selain itu, sekarang ini banyak sekali aplikasi-aplikasi yang mendukung pembelajaran. Tinggal bagaimana seoarang guru mau belajar dari berbagai sumber tersebut atau hanya terpaku dari sumber buku, guru sendirilah yang tahu. 

 

Bersambung... 

Jadi Guru yang Biasa Saja



 Tiba-tiba saya ingin menulis sesuatu di blog ini. Menulis tentang guru, yang merupakan profesi saya. Bisa dikatakan sebagai profesi meskipun saya merasa belum profesional, dan bisa dikatakan juga sebagai pekerjaan. 

Saat awal-awal mengajar dulu, periode tahun 2009, saya sangat idealis dan bersemangat sekali dalam mengajar. Namun, lambat laun semangat itu mulai memudar, terkikis oleh keadaan atau mungkin oleh kemalasan pribadi. Dulu, saya sangat ingin sekali menjadi guru yang luar biasa ketika baru lulus dari kuliah dan mulai mengajar. Akan tetapi, saat ini setelah 12 tahun, sepertinya saya ingin menjadi guru yang biasa saja. 

Guru yang biasa saja, yang tidak punya prestasi apapun untuk saat ini. Bahkan saat masih sekolah sampai sekarang pun, saya tidak pernah menjuarai satu lomba pun. Tidak pernah mengangkat piala atau mendapatkan piagam penghargaan. Jadi, untuk saat ini sebenarnya saya ya hanya guru biasa saja. Hehehe. 

Jadi guru bukanlah sesuatu yang mudah. Karena objek pekerjaannya adalah siswa yang sama-sama manusia dan punya bebagai latar belakang dan sifat yang berbeda-beda. Tetapi menjadi guru sekarang ini menjadi idaman beberapa orang. Karena kalau guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) pastilah kesejahteraannya lebih dari cukup. 

Entah kenapa, semangat untuk mengajar dengan baik memudar. Apakah karena pandemi covid-19 saat ini, dimana sekolah mulai daring dari 16 Maret 2020 sampai ini ditulis, 18 Desember 2021. Saya juga tidak tahu pasti. Karena hampir 2 tahun mengajar daring di Whatsapp dan beberapa media online lainnya, rasanya kok kurang puas. Ingin kembali mengajar secara normal di ruang kelas tanpa ada pembatasan-pembatasan jumlah siswa dan aturan-aturan.

Semoga saja, di tahun 2022 nanti, sekolah sudah mulai diperbolehkan masuk secara penuh. Tidak ada lagi pembatasan. Semoga juga covid-19 segera menghilang dari bumi ini. Agar kondisi normal di dunia pendidikan dapat berjalan kembali. Tidak mudah memang menjadi guru di saat pandemi seperti ini. Itu mengapa, saya hanya ingin menjadi guru biasa saat ini. Karena dengan semakin banyaknya keterbatasan, membuat semangat mengajar sedikit menghilang. 

Tulisan ini saya buat saat di rumah masa kecil saya. Hari minggu, 18 Desember 2021, ketika mencoba menulis blog lewat handphone (hp). Karena hobi menulis saya sudah lama tidak tersalurkan. Mungkin karena kemalasan. 

Setelah menulis jadi guru biasa ini, saya ingin kembali menjadi guru yang bersemangat untuk menulis. Karena kelihatannya, gairah hidup saya bangkit ketika membaca dan menulis. 

Semoga tulisan ini menyemangati saya kembali untuk menulis, menulis, dan menulis. 


Gambar dari : canva.com

Menulis lewat HP


Ada banyak alasan ketika orang mulai menulis. Entah tidak sempat, sibuk atau alasan-alasan lainnya. Sebagian orang masih suka menulis dengan bolpoint, sebagian lagi dengan media komputer atau laptop. Bahkan sekarang kita juga bisa menggunakan HP untuk menulis. Entah dengan aplikasi untuk menulis, atau dengan aplikasi bawaan HP sendiri, semisal Memo.

Bahkan, saya sendiri menulis ini dengan menggunakan HP. Ketika menunggu anak saya yang sedang tidur. Jadi, sebenarnya tidak ada alasan seseorang untuk malas menulis panjang.

Tujuan kita menulis, pasti agar dibaca oleh orang lain. Kalaupun tidak dibaca oleh orang lain, setidaknya kita melakukan sesuatu yang kita sukai. Menulis dapat juga dijadikan untuk memberikan informasi dan inspirasi untuk pembaca. Daripada kita melakukan sesuatu hal yang kurang bermanfaat, ada baiknya kita menulis sesuatu yang mengandung manfaat bagi diri sendiri dan bagi pembaca.
Manfaat yang positif dari membaca harus kita berikan ke para pembaca. Karena bangsa Indonesia ini diberbagai sumber masih tergolong bangsa yang malas membaca. Masih banyak orang yang jarang atau tidak mau membaca. Padahal dengan membaca kita dapat mendapatkan informasi, pengetahuan, dan ilmu.


Dunia membaca pastilah dekat dengan dunia menulis. Untuk itu, kita harus mulai membiasakan diri untuk menulis. Apa saja yang dirasa perlu, penting, atau tidak penting sekalipun ada baiknya ditulis saja. Ide-ide besar terlahir dari tulisan. Bahkan naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pun bersumber dari tulisan tangan.

Jika dulu media menulis masih sedikit, sekarang ini sudah banyak sekali media untuk menulis. Seperti yang di awal saya tuliskan, saya menulis ini dengan media HP melalui aplikasi Memo bawaan. Lalu saya simpan. Tidak langsung saya publikasikan di blog ini, tetapi saya baca lagi. Lalu saya melanjutkan lagi untuk menulis tentang menulis lewat HP ini.

Mari kita sempatkan untuk menulis. Tulislah apa saja yang kita suka, lalu sebarkan ke berbagai media. Entah di blog, facebook, atau media lainnya. Dengan begitu, kita akan selalu tertantang untuk menulis dan menulis lagi. Karena menulis akan menjadi candu bagi kita. Daripada kecanduan hal-hal negatif kan lebih baik kecanduan menulis bukan?

Menulis itu mudah. Yang susah adalah tidak mau menulis. Mari berbagi dengan sesama lewat tulisan. Mari menginspirasi. Mari menulis yang positif.

Saya yakin semua orang pasti memiliki cerita di dalam hidup sehari-harinya. Alangkah ruginya jika tidak diceritakan. Alangkah untungnya jika diceritakan dan dituliskan.
Mari menulis.

Taufik Fadholi