Tahun 2020 adalah tahun dimana saya mendapatkan tugas tambahan menjadi wakil kepala sekolah bidang kurikulum yang biasa disingkat menjadi waka kurikulum. Di Tahun tersebut, Kepala Sekolah mengirim WhatsApp (WA) ke saya untuk menjadi Waka Kurikulum menggantikan Waka sebelumnya. Keesokan harinya setelah mengirim WA, Kepsek meminta untuk bertemu dan membahas soal pergantian Waka Kurikulum. Awalnya saya menolak dan bilang bahwa saya masih muda dan kurang mumpuni untuk menjadi Wakakur dan masih banyak guru senior yang lain, tetapi alasan saya ditolak oleh Kepsek dan tidak dapat diganggu gugat. Akhirnya saya pun menerima dengan pasrah menjadi Wakakur.
 |
desain foto dari canva.com |
Di awal-awal tahun mendapat tugas tambahan sebagai Waka, hidup terasa berat dan pikiran gak karuan. Ada banyak pekerjaan dan tugas-tugas yang harus diselesaikan. Membuat program-progam Sekolah dan seabreg kegiatan lainnya. Belum lagi kalau membahas masalah anggaran sekolah, ah itu yang bisa membuat pusing dan bingung. Bagaimana mengatur supaya keuangan sekolah tetap sehat dan kegiatan dapat berjalan lancar butuh ketelitian.
Namun, yang namanya mendapatkan tugas menjadi apapun, pasti ada suka dan dukanya, ada enak dan tidak enaknya. Apapun itu. Berikut adalah beberapa hal yang saya alami ketika mendapat tugas tambahan waka kurikulum.
Enaknya jadi Wakakur1. Jam mengajar hanya 12 jam
Sesuai peraturan, Wakil Kepala Sekolah di SMK setara dengan 12 jam. Jadi, saya hanya mendapat jam mengajar 12 jam. Karena mapel yang saya ampu Matematika dan perkelas 4 jam, maka saya hanya pegang 3 kelas. Jika 3 kelas itu semuanya kelas XII, maka setelah bulan Maret biasanya banyak free mengajar nya, karena hari-hari penuh Ujian bagi kelas XII.
2. Banyak waktu Luangnya
Seperti yang saya utarakan di atas, banyak sekali waktu luang di sekolah. Sehingga bisa saya manfaatkan untuk hal-hal lainnya yang bermanfaat. Meskipun terkadang melakukan hal-hal yg kurang bermanfaat. Seperti browsing terus-terusan di internet yang tak tahu tujuannya.
3. Belajar hal-hal baru
Banyak hal yang saya pelajari selama dapat tugas tambahan jadi wakakur. Belajar mengatur waktu, berkomunikasi dengan banyak orang, menyelesaikan konflik, menyelesaikan masalah, mengkoordinir banyak orang, membuat keputusan, membuat peraturan, dan masih banyak hal lainnya.
4. Dapat info terbaru lebih cepat
Informasi dari Kepala Sekolah atau dari pihak luar sudah pasti banyak sekali. Salah satu enaknya jadi wakakur, ya lebih cepat mendapatkan info-info terupdate dan terbaru.
5. Bisa menuangkan ide dan gagasan
Jika jadi guru saja, mungkin sedikit kesulitan untuk menuangkan ide di sekolah. Namun, setelah jadi wakakur, menuangkan ide yang banyak berkecamuk di kepala menjadi lebih mudah. Sehingga tidak hanya sekedar ide, namun tindakan nyata.
Sebenarnya masih banyak hal enak jadi Wakakur, namun tidak seimbang jika hanya bicara yang enak-enak saja. Karena yang tidak enak juga banyak sekali.
Tidak enaknya jadi Wakakur
1. Kerjaan tak ada hentinya
Kata teman-teman guru senior, Kurikulum adalah jantungnya sekolah. Dan memang benar, karena jantung itu harus berdetak, maka kurikulum itu ya harus berjalan terus. Di awali dengan membuat rancangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebelum tahun pelajaran baru, lalu membagi Jam mengajar. Setelah itu mengatur jadwal kegiatan belajar mengajar, nanti mengatur Ulangan Tengah Semester (UTS) dilanjutkan Ulangan Akhir Semester. Nanti ada Ujian Sekolah, ada Uji Kompetensi Keahlian, ada Asesmen Nasional dan Ulangan Kenaikan Kelas. Masih ada juga, penulisan ijazah. Pokoknya waow sekali tugas Wakakur. Itulah sebaiknya Wakakur dibantu oleh banyak guru lainnya sebagai suatu Tim.
2. Jadi sok Sibuk
Sebenarnya enak menjadi orang yang tidak sibuk dan biasa saja. Karena bisa menikmati waktu dengan santai. Menjadi wakakur sudah pasti akan banyak kegiatan yang terus menerus.
3. Banyak dikomplain
Jadi wakakur harus siap menerima komplain dari sesama guru, siswa dan orang tua/wali. Belum lagi dari Kepala Sekolah. Sehingga harus bisa mengatasi dan menerim komplain dengan baik.
4. Deadline pekerjaan membuat pikiran
Pekerjaan yang dibatasi waktu pasti akan membuat pikiran bekerja dengan keras. Harus pandai dalam mengatur pikiran agar tidak stress.
5. Lebih banyak waktu di Sekolah
Pekerjaan yang banyak sudah pasti membutuhkan waktu yang banyak pula. Jadi Wakakur pasti akan banyak menghabiskan waktu di sekolah.
Itulah tulisan saya tentang enak dan tidak enaknya menjadi Wakakur. Tulisan tersebut berdasarkan apa yang saya alami sendiri dan pastinya akan berbeda dengan orang lain. Enak dan tidak enaknya seseorang itu bersifat relatif. Tergantung bagaimana kita dapat memanage pikiran dan perasaan, sehingga dapat menjalani pekerjaan dengan baik dan tidak merasa terbebani.
Pekerjaan yang baik adalah pekerjaan yang kita cintai. Untuk apa melakukan pekerjaan jika kita tidak mencintainya? Jika belum mencintai, maka kita harus memaksa diri untuk mencintai pekerjaan itu. Lambat laun, pekerjaan yang kita geluti pasti akan terasa ringan dan menyenangkan.
Taufik Fadholi
Orang biasa yang kebetulan menjadi Guru