Berguru pada Murid


Foto yang saya tampilkan ini adalah seorang murid saya. Yudha Maulana namanya, tapi panggilannya Jambi. Dia lahir di kota tersebut dan hijrah ke Jawa saat masuk sekolah SMK sampai dengan lulus. Tepatnya di SMK Negeri 1 Jepara, tempat saya mengajar. Lulus tahun 2015 yang lalu, dan sekarang kembali lagi ke tanah kelahirannya untuk melanjutkan kuliah. Naik gunung dan berpetualang hobinya. Cita-citanya pun sangat mulia, ingin mengajak saya muncak ke Gunung Rinjani. Gunung yang begitu diidam-idamkan oleh para pendaki. 
Saya belajar banyak dari anak yang satu ini. Hal yang saya sukai adalah dia begitu hormat dan menghargai orang yang lebih tua. Tidak sombong meskipun dia sekarang sudah mendaki kemana-mana. Jumlah gunung yang sudah ditaklukkan mungkin lebih banyak dari saya, karena saya sendiri termasuk pendaki gunung yang kurang fanatik. Saya sebut kurang fanatik, karena begitu banyak alasan ketika akan hendak muncak. Muncak merupakan hobi yang sekarang sudah banyak diminati oleh para anak-anak muda. Hobi yang semoga memang untuk menikmati keindahan alam, menjaga kelestariannya, dan tidak membuang sampah sembarangan di gunung, yang semoga saja tidak hanya hobi untuk berfoto-foto selfie saja saat berada gunung serta tidak mengotori puncak gunung. 
Murid saya yang satu ini sangat menggilai muncak. Pernah saat ngobrol pun dia mengutarakan keinginannya untuk menaklukkan semua gunung yang ada di Indonesia. Saya pun mengamininya, dan semoga saja bisa. Saya banyak belajar banyak dari murid yang satu ini, saat naik gunung dia selalu membawa kantong plastik untuk membawa turun sampahnya. Dia juga anak yang peduli dan setia kawan meskipun dia masih muda dan gesit, dia siap menunggu saya yang selalu berhenti saat muncak dengannya. Karena badan saya yang semakin besar waktu itu, dan mungkin faktor umur tidak bisa dibohongi. Harusnya dia langsung tancap gas, naik ke atas pun bisa, tapi dia menunggu rekan-rekan se tim. Nah, itulah yang saya sukai dari muncak bersama tim. Harus selalu kompak dan tidak meninggikan ego saat naik dan turun gunung. 
Saya banyak belajar dari murid, tidak hanya si Jambi saja. Saya juga dulu belajar nge blog dari murid yang sekarang kerja di tanah Kalimantan. Namanya Ahmad Hisyam. Sebenarnya dulu saya yang mengenalkan dia ngeblog. Tapi seiring perkembangan waktu, dia malah yang menekuninya dan mendapatkan juara di beberapa kejuaraan Lomba Blog. Dulu dia sangat aktif membuat blog, karena tidak hanya satu saja yang dibuatnya. Blog yang dibuat oleh Hisyam sangat keren dan menarik tampilannya. Saya sendiri kalah dalam hal tampilan blog. Murid yang satu ini juga dulu sangat total dalam memberikan karyanya pada SMK Negeri 1 Jepara, karena tidak hanya ngeblog saja. Dia juga sering membuat desain-desain visual berupa logo-logo, desain banner, desain brosur dan apapun yang berkaitan dengan dunia komputer. Tapi, sekarang kelihatannya sudah sibuk dengan pekerjaannya sehingga blog pribadinya sudah jarang update. Saya pun dulu sering bertanya kesulitan-kesulitan dalam hal komputer padanya waktu dia jadi murid. Tak jarang saya juga sering meminta bantuannya untuk membuat spanduk atau desain-desain yang sesuai dengan keperluan sekolah. Saya sendiri mengaguminya dulu. Selain memiliki seni yang tinggi dalam berkarya, anaknya juga menghormati gurunya. Sopan terhadap orang yang lebih tua, dan tidak sombong meskipun gajinya sekarang sudah di atas gaji saya. Terakhir kali ketemu, dia bercerita tentang nominal gajinya yang memang lebih tinggi dari saya. Tapi tidak tahu juga apakah di tanah Kalimantan besaran gaji sama dengan di tanah Jawa. Sekarang pun, saya kadang masih menjalin komunikasi lewat BBM dengan anak hilang yang satu ini. Semoga semakin berkah pekerjaannya dan semakin rutin berkarya lagi.
Cerita seorang guru tentang muridnya mungkin jarang ditulis. Saya sendiri berusaha untuk membuat tulisan ini berbeda dengan tulisan yang lain. Karena biasanya, banyak tulisan murid yang memuji gurunya atau bercerita tentang gurunya. Cerita seseorang memang akan berbeda dengan orang yang lain. Saya menceritakan murid dan belajar dari murid karena semata-mata sadar bahwa guru bukanlah manusia yang tahu segalanya. Guru bukanlah seorang dewa yang dengan ilmunya bisa mengubah apa saja. Guru tentulah manusia biasa. Memiliki keterbatasan waktu dalam belajar. Era sekarang ini adalah hal yang lumrah jika seorang guru bertanya tentang ilmu-ilmu yang tidak diketahuinya kepada orang lain atau bahkan kepada muridnya. Murid tidak boleh kita anggap sebagai gelas kosong tanpa isi. Pastinya seorang murid sudah memiliki isi di dalam akalnya. Meskipun terkadang ada yang belum nampak dan ada juga yang tidak tampak sekali isinya. 
Era modern seperti sekarang ini, yang sedemikian cepat dan bebasnya kita dalam mencari dan menemukan ilmu harus dipahami oleh guru. Guru tidak boleh berprinsip dia tahu segalanya. Guru harus berprinsip bahwa mengajar murid adalah sebagai sharing ilmu pengetahuan karena guru telah mendapatkan ilmunya terlebih dahulu. Murid sekarang ini juga demikian bebasnya mengakses pengetahuan dan pembelajaran dari internet. Dengan sekali mengetik permasalahan di google atau mengakses situs-situs pengetahuan, murid dengan mudah mendapatkan informasi. Untuk masalah-masalah komputer, gadget atau aplikasi-aplikasi HP pun murid terkadang lebih pintar dari gurunya. Bahkan tak jarang saya dan beberapa teman juga bertanya dan belajar dari murid. Masalah virus komputer saja, ada murid yang bisa mengatasi dan membersihkannya.  Virus yang kadang guru dibuat pusing memikirkan data-data hilang, dengan mudah diatasi oleh beberapa murid yang ahli. 
Saya sendiri juga sering bertanya kepada murid tentang ilmu-ilmu baru di dunia komputer yang saya belum paham dan tidak bisa. Malu bertanya sesat di jalan. Pepatah itu tampaknya berlaku untuk semua orang. Untuk sekedar bertanya kepada murid tidak perlulah kita malu. Gengsi pun harus dihindari. Karena guru sekali lagi bukanlah orang yang tahu segalanya. Guru adalah manusia pembelajar yang juga dapat dikatakan sebagai murid di sekolah kehidupan ini. 
Sebagai seorang murid pun tidak boleh merasa sombong dan besar kepala ketika ditanya sesuatu atau diminta bantuan oleh gurunya. Jangan menjadi orang yang angkuh ketika berhasil menolong seorang guru. Tapi tetaplah menjadi murid yang rendah hati dan terus belajar. Guru bertanya kepada murid menjadi hal yang wajar dan lumrah sekarang ini. Tidak perlu ada jarak yang terlalu jauh, tapi juga guru dan murid tidak boleh terlalu dekat seperti dengan teman. Tetap harus ada tata krama dan unggah-ungguh dalam berinteraksi. Karena bangsa Indonesia adalah bangsa timur yang masih mengenal nilai-nilai kesopanan.
Sebenarnya, tidak hanya dua orang murid hilang itu yang saya ceritakan. Masih banyak sekali murid-murid saya lainnya yang kadang saya diberi ilmu dan saya minta bantuan. Tapi dua orang murid itu saya ceritakan karena kedua-duanya berada di luar Jawa. Yang satu di Sumatera dan satunya lagi di Kalimantan. Sehingga jika mereka membaca tulisan ini tidak meminta royalti atau pertanggungjawaban. Bukan soal hal itu sesungguhnya saya menceritakan murid saya, dua orang itu hanya sebagai contoh dari banyaknya murid yang berhasil menekuni cita-citanya dan menjadi laki-laki sejati yang berani keluar dari tanah kelahirannya untuk merantau mendapatkan pengalaman. Hal yang mungkin saya sendiri belum tentu mampu untuk menjalaninya. Selain itu, dua anak hilang itu juga kadang masih berkomunikasi dengan saya lewat sms dan bbm an. Sesuatu yang sudah jarang dilakukan oleh seorang murid kepada gurunya. 
Guru haruslah semakin memiliki kepekaan dalam menjalankan tugasnya. Karena seorang guru tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik seorang anak manusia, yang nantinya akan menjadi generasi penerus. Guru tidak boleh berpikir terlalu pesimis kepada murid yang sedang diajar dan dididik untuk saat ini. Mungkin saja murid yang kita ajar sekarang tidak bisa matematika, biologi, atau sejarah. Mungkin saja murid kita tidak suka olahraga atau seni. Namun, bisa saja seorang murid memiliki suatu hal yang dia sukai dan memiliki minat besar terhadapnya yang tidak kita ketahui. Bisa saja seorang murid memiliki keahlian di bidang yang tidak kita ajarkan. Bakat dan minat seseorang jelaslah berbeda. Tidak mungkin kita harus memaksa semua mengikuti kita. Meskipun terkadang harus kita paksa. Biarlah murid-murid kita ini memilih apa yang disukainya. 
Murid belum tentu lebih bodoh dari gurunya. Murid belum tentu juga lebih pintar dari gurunya. Tugas kita adalah mendidik mereka dan selalu memberi motivasi untuk menjadi manusia sesungguhnya. Manusia yang berkembang menurut pikiran dan perasaan mereka sendiri. Semoga para murid menjadi orang yang selalu berbuat baik. Dan semoga para guru tidak henti-hentinya melakukan perbuatan yang baik. 

Catatan seorang guru
Jepara, 25 Februari 2017 
Taufik F

Terima kasih sudah mampir di blog saya.
Silahkan isikan komentar / pesan anda
EmoticonEmoticon