Guru itu Penyabar


Guru itu digugu lan ditiru. Istilah yang kerap digunakan oleh sebagian besar masyarakat untuk mendeskripsikan arti seorang guru. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), guru diartikan orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Namun menurut saya, guru pekerjaannya tidak hanya mengajar namun juga mendidik. Saya sendiri terkadang hanya mengajar dan lupa mendidik. 

Profesi guru dewasa ini semakin banyak digrandungi oleh para lulusan SMA/SMK. Entah karena menjadi guru terinspirasi oleh para guru terdahulu yang pernah mengajar dan mendidiknya atau menjadi guru karena sudah tidak diterima di jurusan non kependidikan atau keguruan. Dua hal di atas hanyalah sebagian alasan orang menjadi guru. Tentunya masih banyak alasan yang lain, kenapa orang menjadi guru. 

Saya sendiri kuliah di jurusan kependidikan atau keguruan karena tidak diterima di jurusan non keguruan. Awalnya memang terasa berat saat mengikuti perkuliahan. Tapi, lambat laun juga semakin enjoy dan semakin tahu bahwa selesai kuliah muaranya adalah menjadi seorang guru. Faktor keberuntungan juga akhirnya setelah lulus menjadi guru di SMK Negeri 1 Jepara. Ternyata jadi guru memang menyenangkan dan memberikan banyak pengalaman. Setelah dinikmati, menjadi guru ternyata tidak sesusah atau seberat yang dibayangkan saat kuliah dulu. Hal yang terpenting kita mau untuk selalu belajar. 

Salah satu nilai yang saya dapatkan dalam menjalani profesi sebagai guru adalah kesabaran. Guru itu penyabar. Sebelum menjadi guru, mungkin saya termasuk orang yang tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu, dan terkadang mudah emosi ketika tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Akan tetapi setelah menjadi guru, lambat laun saya dapat mengontrol emosi. Secara tidak langsung menjadi guru telah membuat saya agak sabar. Meskipun terkadang kurang sabar dalam beberapa hal, namun tidak seperti saat sebelum menjadi guru atau awal-awal menjadi guru. Sekarang pun terkadang muncul rasa tidak sabaran, tapi setidaknya bisa saya kuasai dengan baik. Minimal tidak menjadikan emosi negatif. 

Setiap hari bertemu dengan beberapa siswa dengan karakter dan sifat yang pasti berbeda-beda membuat guru harus mampu menguasai diri. Contoh sederhananya, ketika akan mengajarkan salah satu materi yang agak sulit pasti tidak semua siswa bisa. Dalam satu kelas pasti ada siswa yang kurang paham atau tidak paham sama sekali dengan materi yang kita ajarkan. Guru haruslah sabar untuk mengajarkannya dan jika diperlukan mengulangi untuk menerangkan dan menjelaskan kembali. Jika sudah berulang kali dijelaskan tetap ada siswa yang tidak paham, kembali kesabaran seorang guru diperlukan. Guru harus berpikir sederhana, jika materi yang satu ini sulit, mungkin materi yang lain siswa bisa. Namun jika ada siswa yang memang benar-benar tidak bisa menguasai salah satu mata pelajaran, guru juga harus sabar, dan tidak perlu marah-marah. Jika ada siswa yang tidak bisa salah satu mata pelajaran, mungkin dia bisa dan menguasai mata pelajaran lainnya.  


Selain tentang penguasaan materi siswa, hal yang harus membuat guru betul-betul sabar adalah tingkah laku siswa di dalam dan luar kelas. Terkadang ada saja siswa yang hobi bicara di dalam kelas. Saat guru menerangkan materi, siswa masih saja bicara sendiri dengan temannya. Saat ditegur, diam. Tapi setelah 15 menit kembali bicara lagi. Mungkin memang sudah kebiasaannya bicara sendiri ketika guru menjelaskan atau menerangkan materi. Ditegur lagi, kembali bicara sendiri lagi. Hal ini jelas membuat guru harus menahan amarahnya dan kembali harus bersabar. Guru harus mencari cara agar kondisi kelas benar-benar tenang saat mau menerangkan materi. Hal ini mungkin mudah bagi sebagian guru. Tapi bagi saya yang mengajar di SMK, harus ekstra kerja keras untuk menenangkan siswa terlebih dahulu sebelum masuk ke materi pelajaran.

Siswa SMK, apalagi yang mayoritas laki-laki semua dalam satu kelas, tentu berbeda dengan kelas heterogen yang ada siswa perempuannya. Jika siswa laki-laki semua, guru harus benar-benar memiliki tips-tips khusus agar kondisi kelas tenang. Untuk menenangkan kondisi kelas yang ramai tidaklah hanya dengan bimsalabim jadi tenang hanya dalam waktu 1 menit. Caranya pun berbeda-beda antara kelas satu dengan yang lain. Guru memegang kendali besar jika kondisi kelas ramai. Ketika saya mengajar kelas dengan seluruh siswanya laki-laki, pasti saya harus banyak bicara dulu di luar materi untuk mengkondisikan. Meskipun kadang berhasil kadang tidak, kadang tambah ramai, kadang tenang sendiri. 

Guru haruslah bersikap sabar ketika menghadapi kelas yang ramai dan sulit dikendalikan. Jika ramainya karena diskusi tentang pelajaran, pasti guru akan sangat senang, tetapi jika ramainya karena ngomong dan diskusi hal-hal di luar pelajaran pasti akan membuat guru geregetan sendiri. Sekali lagi, sikap sabar seorang guru pasti akan tumbuh ketika menghadapi siswa yang sulit dikendalikan.

Belum lagi jika siswa menanyakan hal-hal yang tidak penting dan tidak menyangkut pelajaran, rasanya ingin memarahinya. Tetapi tidak mungkin juga seorang guru sering marah-marah, karena akan menjadikan siswa malah menyepelekan jika seorang guru terlalu sering marah-marah. Bolehlah, seorang guru marah, tetapi harus ada batasnya dan tidak terlalu sering. Siswa sekarang, jika dimarahi atau dikerasi secara terus menerus malah akan membuat mereka menjadi pembangkang dan melakukan tindakan ngawur. 

Jadi guru memang tidak mudah dan tidak sulit. Tergantung bagimana kita memandang dan melaksanakan profesi ini sebaik-baiknya dan semampu kita. Tidak ada guru yang lebih pintar atau lebih baik, menurut saya semua guru itu sama. Semuanya pintar dan semuanya baik. Sikap sabar seorang guru harus selalu dipupuk dan dikembangkan setiap saat. Dikala sedang tidak sabar, harus ingat kembali, bahwa hidup harus sabar yang penting tujuan tetap tercapai. Guru pastilah akan selalu dihormati dan dihargai oleh para siswanya. Karena dengan kesabaran, seorang guru mampu menjadikan siswa paham akan suatu pelajaran dan terdidik untuk selalu melakukan kebaikan. 

Catatan Seorang Guru
Taufik Fadholi