Pernah Mandi di Singapura


Sebenarnya saya tidak punya keinginan untuk ke luar negeri waktu masih sekolah. Karena dulu berpikir bahwa ke luar negeri itu rasanya tidak mungkin dan uang dari mana. Tetapi di tahun 2013, saat kakak perempuanku membuat paspor di Kantor Imigrasi Kab. Pati saya pun diajak untuk membuat juga. Saya pun menyetujui dan mulai menggunakan kekuatan pikiran. Dulu setelah membuat paspor saya berpikir, mudah-mudahan bisa ke luar negeri. Alhamdulillah di tahun 2014 saya pun bisa ke luar negeri, meskipun ke negara tetangga Singapura, hehehe. 

Tepatnya bulan Agustus tanggal 27 - 29 Agustus 2014, saya masih ingat tanggalnya karena file penyimpanan foto dibuat tanggal. Ternyata penyimpanan foto dibuat tanggal memudahkan kita, meskipun bisa dilihat di rincian foto juga. Sebenarnya ke Singapura pun bukan acara piknik sendiri atau menghabiskan uang bulanan. Tetapi acara kampus, saat kuliah di Pasca Sarjana Unnes Semarang. 

Saat teman menginfokan akan ada studi banding ke Singapura, saya pun langsung bilang ikut. Karena sudah punya paspor daripada tidak terpakai, dan kapan lagi bisa ke Singapura, pikir saya waktu itu. Karena ikut biro perjalanan, biayanya agak lebih mahal. Tetapi tidak mengapa, karena saya ingin ke luar negeri waktu itu. Pokoknya ke luar negeri, biar kekinian.

Saya pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk ke Singapura dan yang terpenting bisa mandi di sana. Jadi, ketika bertemu dengan teman bisa bercerita bahwa saya pernah mandi di Singapura. Sesampainya di hotel pun tidak lupa untuk ngopi. Karena memang sebagai pecandu kopi, tidak lengkap rasanya kalau dalam satu hari tidak ngopi.

Suguhan Kopi di Hotel

Setelah ngopi, saya bersama teman seangkatan, yaitu Mas Yuli Fitriono dan Mas Ahmat Yohansyah jalan-jalan malam. Pokoknya jalan kaki keluar hotel dan menikmati udara malam Singapura. Dengan berjalan kaki, kami pun dengan percaya diri berjalan sambil poto sana sini. Bercerita, bercanda, dan mengagumi keindahan dan keteraturan Singapura. Kami ingin membuktikan bahwa di sana memang bersih total 100 %, ternyata tidak. Ulah para turis yang buang sampah sembarangan di beberapa tempat masih terlihat. Namun skalanya kecil. Hanya satu tempat yg saya temukam agak kotor, sisanya bersih semua.  Kami pun berjalan terus, yang penting muter-muter. Di sana kami melihat motor seperti di Indonesia. Saya pun memfoto saja. 
Motor Yamaha di Singapura ternyata ada

Karena keasyikan jalan, ternyata kami tersesat. Ya, kami tersesat waktu itu. Kami lupa karena simcard HP Indonesia dan kami tidak membeli simcard di sana. Mau menggunakan wifi ternyata rata-rata terpassword. Hampir setiap tempat ada wifi nya namun terpassword waktu tahun 2014. Tidak tahu kalau sekarang, apakah masih terpassword atau tidak. Kami pun bingung, dan saling pandang satu sama lain. Untuk mengatasi kepanikan saya pun poto lagi, hehehe. 


Sebenarnya masih banyak yang ingin saya ceritakan waktu di Singapura. Akan tetapi karena dulu tidak langsung menuliskannya, sehingga terlupakan. Dari situlah lalu saya mulai untuk menuliskan kembali apapun yang saya alami yang sekiranya menarik dan dapat dijadikan wawasan pengetahuan. Selain itu yang utama adalah untuk mengasah kemampuan menulis saya.