Perguruan tinggi adalah jenjang pendidikan yang diidam-idamkan oleh banyak anak muda di negeri ini. Karena tidak semua orang dapat melanjutkan ke jenjang ini setelah lulus dari SMA. Banyak warga beranggapan bahwa menjadi sarjana akan mudah merenda masa depan. Mencari pekerjaan pun akan mudah jika mempunyai gelar Strata satu/S – 1. Selain itu, gelar mahasiswa adalah suatu status yang dianggap mentereng oleh sebagian warga masyarakat. Mahasiswa diartikan sebagai manusia intelek yang merupakan generasi penerus bangsa untuk memerangi kebodohan dan kemiskinan di negara ini.
Akan tetapi anggapan sebagian masyarakat itu salah. Tidak semua mahasiswa mendapatkan pekerjaan setelah lulus, sarjana bukan jaminan seseorang sukses menata masa depannya. Banyaknya sarjana yang ditetaskan oleh induk bernama universitas, institut, sekolah tinggi, atau akademi – akademi di negara ini tetapi tetap saja kebodohan dan kemiskinan melanda negara ini. Tahun berganti, sarjana penganggur bertambah lagi. Lalu, siapa yang salah? Negara kita kah? Atau perguruan tinggi yang mendewasakan para sarjana? Atau kita sendiri yang kurang siap dalam menghadapi kemajuan zaman?
Untuk menjawabnya kita harus terlebih dahulu memahami arti dari pendidikan yang sering di salah artikan. Pendidikan adalah proses seumur hidup, jadi bukan hidup untuk memperoleh pendidikan. Setelah lulus banyak mahasiswa yang kesulitan mengamalkan ilmunya untuk masyarakat. Malah banyak yang asal – asalan dalam kuliah dengan berpedoman ”yang penting dapat ijazah”. Apalah artinya sebuah gelar. Jika tidak serius dalam menekuni bidang yang digeluti. Ada pula yang merasa terpaksa dengan jurusan yang ditempuh. Hanya gelar saja yang diingikan tanpa ada tujuan untuk mengabdi kepada bangsa dan negara tercinta ini. Titel S besar dibelakang nama seolah – olah membuat bangga dan ada juga yang merendahkan orang yang tidak mempunyai gelar.
Kita harus ingat bahwa negara ini memiliki banyak sekali anak bangsa yang mengharumkan nama negara tanpa gelar apapun. Kita pernah punya Wakil Presiden Adam Malik yang tidak mempunyai gelar apapun, namun dapat menjadi orang nomer dua di negeri ini berkat ketekunannya dalam belajar. Dan masih banyak yang lainnya. Zaman sekarang ini ijazah bukanlah sesuatu yang istimewa. Kualitas individu, kerja keras dan keseriusan dalam mempelajari segala sesuatu yang akan membuat seseorang maju dan dapat hidup dengan sukses. Serta dapat berguna bagi orang lain. Semoga para sarjana kita tidak dibutakan oleh gelar, namun dapat memperbaiki nasib bangsa ini tanpa membedakan satu dengan yang lain.
Akan tetapi anggapan sebagian masyarakat itu salah. Tidak semua mahasiswa mendapatkan pekerjaan setelah lulus, sarjana bukan jaminan seseorang sukses menata masa depannya. Banyaknya sarjana yang ditetaskan oleh induk bernama universitas, institut, sekolah tinggi, atau akademi – akademi di negara ini tetapi tetap saja kebodohan dan kemiskinan melanda negara ini. Tahun berganti, sarjana penganggur bertambah lagi. Lalu, siapa yang salah? Negara kita kah? Atau perguruan tinggi yang mendewasakan para sarjana? Atau kita sendiri yang kurang siap dalam menghadapi kemajuan zaman?
Untuk menjawabnya kita harus terlebih dahulu memahami arti dari pendidikan yang sering di salah artikan. Pendidikan adalah proses seumur hidup, jadi bukan hidup untuk memperoleh pendidikan. Setelah lulus banyak mahasiswa yang kesulitan mengamalkan ilmunya untuk masyarakat. Malah banyak yang asal – asalan dalam kuliah dengan berpedoman ”yang penting dapat ijazah”. Apalah artinya sebuah gelar. Jika tidak serius dalam menekuni bidang yang digeluti. Ada pula yang merasa terpaksa dengan jurusan yang ditempuh. Hanya gelar saja yang diingikan tanpa ada tujuan untuk mengabdi kepada bangsa dan negara tercinta ini. Titel S besar dibelakang nama seolah – olah membuat bangga dan ada juga yang merendahkan orang yang tidak mempunyai gelar.
Kita harus ingat bahwa negara ini memiliki banyak sekali anak bangsa yang mengharumkan nama negara tanpa gelar apapun. Kita pernah punya Wakil Presiden Adam Malik yang tidak mempunyai gelar apapun, namun dapat menjadi orang nomer dua di negeri ini berkat ketekunannya dalam belajar. Dan masih banyak yang lainnya. Zaman sekarang ini ijazah bukanlah sesuatu yang istimewa. Kualitas individu, kerja keras dan keseriusan dalam mempelajari segala sesuatu yang akan membuat seseorang maju dan dapat hidup dengan sukses. Serta dapat berguna bagi orang lain. Semoga para sarjana kita tidak dibutakan oleh gelar, namun dapat memperbaiki nasib bangsa ini tanpa membedakan satu dengan yang lain.
Terima kasih sudah mampir di blog saya.
Silahkan isikan komentar / pesan anda
EmoticonEmoticon