Membaca buku-buku tentang kecerdasan emosi / emotional quotient (EQ) setidaknya dapat membuat hidup kita menjadi lebih tenang. Di dalamnya terkandung suatu maksud bahwa manusia hidup tidak hanya mengandalkan kecerdasan intelegensi (IQ) saja. Masalah-masalah kehidupan yang semakin pelik tidak bisa ditangani dengan otot atau otak saja. Ketegangan, kecemasan dan juga pertikaian antara diri sendiri dan orang lain harus bisa diselesaikan dengan memanajemen/mengatur emosi kita.
Sebagai contoh, seseorang yang pada waktu sekolah atau kuliah selalu memperoleh nilai yang tinggi dan berprestasi belum tentu setelah lulus langsung mendapat pekerjaan. Dibanding dengan temannya yang mungkin nilai waktu sekolah pas-pasan tapi setelah lulus langsung dapat pekerjaan yang layak. Hal ini berkaitan dengan emosi diri. Mungkin seorang yang pandai dalam pelajaran sekolah atau kuliah belum tentu pandai untuk mencari pekerjaan. Selain keberuntungan, faktor-faktor lain juga berpengaruh terhadap kesuksesan seseorang.
Dalam hal ini, kemandirian, sikap tidak mudah putus asa, sikap aktif dan fleksibel berperan besar. Emosi yang positif dapat kita asah secara kontinu. Memiliki cita-cita yang tinggi adalah dambaan semua orang, akan tetapi jangan terlalu optimis. Karena hal tersebut akan menjadi bumerang jika keinginan tidak tercapai. Untuk itu diperlukan kedewasaan dan kebijaksanaan dalam berpikir.
Berikut, merupakan ciri-ciri orang yang tidak mampu mengontrol emosi, sedikit-sedikit mengeluh jika keinginan tidak kesampaian, sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, mudah terpengaruh dan cepat stress, sering mendahulukan pikiran negatif dalam menyikapi sesuatu persoalan, mengambil jalan pintas dalam memperoleh sesuatu/menyukai hal-hal yang berbau instan.
Ketika banyak orang menganggap bahwa melampiaskan emosi merupakan cara yang ampuh untuk meredakan emosi-emosi negatif yang kuat, hal itu akan membuat kita dan orang lain semakin marah. Dan malah membuat masalah yang baru.
Derasnya arus globalisasi yang ditandai dengan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi serta merta membuat masyarakat kita harus berpikir untuk dapat memilih dan memilah mana yang baik dan yang buruk. Lapangan pekerjaan yang kecil akan berdampak kepada persaingan antar seseorang untuk memperoleh pekerjaan. Diperlukan pikiran yang dewasa serta pengendalian emosi agar kita tidak terjebak ke dalam hal-hal yang buruk atau kriminal.
Emosi negatif pasti akan datang kepada semua orang. Kita tidak dapat menghindarinya. Akan lebih baik jika kita mampu mengatasi, dan berpikir untuk meredakannya. Tidak mudah memang, tapi jika kita terus berlatih serta berusaha untuk membiasakan diri berpikir positif dari hal-hal yang lebih kecil dulu. Serta selalu menyikapi persoalan dengan bijak dan dari kedua sisi (positif dan negatif).
Jika kita beragama, pikiran mungkin akan lebih santai dan tenang. Karena Allah sudah menjamin rejeki semua umatnya. Jadi tidak perlu grusa-grusu dalam meraih cita-cita. Apalagi sampai adu jotos. Emosi yang positif harus terus kita jaga agar hidup menjadi tenang, tenteram, dan lebih bahagia. Karena hidup yang berkualitas adalah hidup yang damai.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Terima kasih sudah mampir di blog saya.
Silahkan isikan komentar / pesan anda
EmoticonEmoticon