Namun apa daya jika kebutuhan manusia semakin mendesak. Kebutuhan yang harus dicukupi secepatnya. Kebutuhan yang membutuhkan uang untuk merealisasikannya. Sudah pasti manusia akan kembali disibukkan dengan kegiatan untuk mencari uang. Kehidupan mau tidak mau akan terus berjalan dengan ataupun tanpa uang. Manusia jelas harus memiliki prioritas dalam hidup. Kebutuhan untuk sekedar mengejar materi, atau mengejar kebahagiaan dunia dan akhirat. Manusia itu sendirilah yang mengetahui dengan pasti apa yang dilakukan untuk hidup ini.
Kebutuhan hidup tidak akan pernah ada habisnya dalam hidup di dunia ini. Sekarang mencari ini dan sudah terpenuhi, besoknya lagi pasti masih ada hal yang dicari lagi dan harus terpenuhi. Begitulah seterusnya dari hari ke hari sepanjang hidup. Akan tetapi, apakah hidup ini hanya untuk mengejar materi saja? Suatu pertanyaan yang terkadang melintas di pikiran. Sudah barang tentu, pikiran manusia akan selalu berjalan dan bergerak mengikuti kehendak tuannya. Meskipun ada hal-hal di luar kehendak itu. Jelaslah kiranya jika manusia memang harus mengejar materi. Apakah harus setiap hari kita mengejarnya? Apakah harus selalu terpenuhi apa yang menjadi kebutuhan kita? Hanya diri sendirilah yang bisa menjawabnya.
Bekerja pasti untuk mencari rejeki. Bekerja pasti untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Bekerja pasti untuk mengejar materi. Lalu apa sebenarnya materi itu? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) materi diartikan sebagai benda; bahan; segala sesuatu yg tampak. Jadi, materi merupakan segala sesuatu yang memiliki wujud dan dapat dilihat oleh mata. Lalu jika materi sudah terpenuhi apakah kita akan kembali mencari lagi? Ataukah kita melakukan hal lainnya? Sekali lagi, diri sendirilah yang dapat menjawabnya.
Selain materi, tentunya ada hal-hal lain dalam hidup yang pasti dicari. Hal yang tidak terlihat oleh mata, dan hanya dapat dirasakan oleh diri sendiri. Kebahagiaan, kepuasan, kesenangan, merupakan beberapa hal yang tidak dapat dilihat oleh semua orang. Akan tetapi diri sendirilah yang merasakannya. Bekerja yang baik adalah berkerja yang menghasilkan. Entah itu berwujud materi atau berwujud perubahan kebaikan dalam diri.
Manusia sebagai makhluk yang memiliki pikiran yang selalu berputar setiap saat harus dapat memilah-milah mana yang penting, mana yang butuh, mana yang ingin dan mana yang hanya sekedar kesenangan. Manusia sudah semestinya memiliki banyak sekali keinginan-keinginan yang setiap saat selalu berubah dan bertambah. Prioritas mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu berbeda-beda antara manusia satu dengan yang lainnya. Kembali lagi, hanya diri sendirilah yang dapat menjawabnya.
Namun, sebagai makhluk sosial pasti kita memiliki interaksi dengan orang lain. Pernah memandang tinggi orang lain. Pernah juga memandang remeh orang lain. Itu merupakan suatu kewajaran, karena manusia memang tercipta penuh dengan pandangan-pandangan terhadap orang lain. Kita pasti pernah memandang orang lain lebih hebat dan lebih kaya mungkin dari kita. Entah itu dengan melihat materi yang dimiliki oleh orang itu ataupun dengan kehebatan bakatnya yang hebat yang tidak kita miliki.
![]() |
Foto Susanto-Korban Erupsi Gunung Merapi-from Yahoo.co.id |
Banyak sekali orang yang istimewa menurut kita, entah itu dari pandangan atau bahkan dari cerita orang lain. Kita mungkin pernah mendengar istilah pekerja sosial, atau sukarelawan. Istilah itulah yang menurut saya sangat luar biasa. Kenapa luar biasa? Menurut pandangan saya pribadi, para pekerja sosial memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh orang lain. Mereka bisa bekerja tanpa dibayar. Mereka mau melakukan pekerjaan tanpa bayaran. Para pekerja sukarelawan ini tentunya punya keluarga. Itulah terkadang yang menggelitik pikiran saya. Apakah mereka tidak menafkahi keluarganya? Apakah mereka bekerja hanya untuk kepuasaan diri sendiri saja? Ataukah mereka memiliki pekerjaan yang lainnya?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya bisa dijawab oleh para pekerja sosial itu sendiri, yang jawabannya pasti berbeda-beda. Di televisi, media sosial, atau di lingkungan sekitar pasti kita pernah menjumpainya. Banyak sekali orang-orang yang bergelut di bidang sosial ini. Mereka yang bekerja secara sukarela untuk kebutuhan orang lain. Bahkan untuk kebahagiaan orang lain. Saat melihat orang seperti ini, rasanya saya ingin melakukan seperti apa yang mereka lakukan. Akan tetapi, saya belum bisa seratus persen menjadi orang yang bekerja secara sukarela. Bekerja sukarela jelas tidak ingin mendapatkan imbalan apapun. Untuk saat ini saya sendiri masih belum bisa sedikit melakukannya.
Kesibukan dalam bekerja dan keegoisan diri terkadang menjadi penghalang kita untuk bekerja sukarela. Belum lagi jika ditambah dengan kebutuhan-kebutuhan hidup yang harus terpenuhi. Jelas tidak mudah untuk menjadi orang yang bisa bekerja sukarela. Orang yang sudah bisa melakukan pekerjaan sukarela pastilah orang yang hebat dan bahagia. Orang yang cerdas dalam mengatur waktu hidupnya. Dan orang yang memiliki cita-cita hidup mulia. Terbersit keinginan untuk mulai melakukan pekerjaan sukarela, meskipun hanya kecil skalanya. Mulai dari yang ada di rumah, dilanjutkan ke lingkungan sekitar.
Bekerja sukarela jelas berbeda dengan bekerja sukasuka. Sekarang ini, semakin bertambah saja orang yang bekerja sukasuka. Bekerja sesuka hatinya dan tidak mau menerima saran dari orang lain. Semoga kita terhindar dari bekerja sukasuka dan mulai sekarang sedikit demi sedikit bekerja sukarela. Jelas tidak seluruh hidup kita dedikasikan untuk bekerja sukarela. Harus bisa membagi waktu dan tenaga antara bekerja sesungguhnya untuk mencari uang dan bekerja sukarela untuk mencari kebahagiaan.
Marilah kita bekerja dan berkarya di dalam hidup kita. Sehingga jika ditanya anak cucu kita, kita bisa menjawabnya dengan karya nyata. Tidak hanya dijawab dengan dongeng-dongeng yang membuat anak kebingungan untuk mencari jawabnya saat mereka dewasa. Tapi kita jawab dengan karya yang bisa berbentuk apa saja. Bekerja sudah pasti menjadi kodrat seluruh umat manusia. Bekerja haruslah menghasilkan. Entah itu menghasilkan uang ataupun hanya ucapan terima kasih. Hal yang pasti, dengan bekerja akan membuat hidup kita menjadi bermakna dan memiliki arti untuk orang-orang di sekitar kita. Mari bekerja yang sesungguhnya dan ditambah bekerja sukarela.
2 komentar
Lanjutkan menulis pak taufiq
terima kasih. pasti lanjut terus. hehe
Terima kasih sudah mampir di blog saya.
Silahkan isikan komentar / pesan anda
EmoticonEmoticon