Layaknya orang pada umumnya, saya pun memiliki beberapa hobi. Berikut beberapa hobi yang saya lakukan di luar pekerjaan sebagai seorang guru.
1. Membaca
Hobi ini sudah saya lakukan sejak kecil. Hal ini juga ditunjang oleh ibu saya yang selalu membelikan buku-buku bacaan bergambar saat kecil. Ibu saya yang seorang guru SD juga sering meminjam buku di perpustakaan sekolahnya dan dibawa pulang. Waktu meminjam pun tidak ada batas waktunya, karena sampai sekarang beberapa buku waktu kecil masih di rumah. Atau juga bisa dikatakan meminjam tanpa mengembalikan. Hehehe.
Selain itu, hobi ini juga menurun dari ayahku. Ibuku dulu sering bilang bahwa ayahku selalu membaca hampir setiap hari. Kalau membaca tidak mau diganggu, dan terkadang sampai jam 2 malam masih saja membaca. Kalau menurut saya, ayahku terlalu ekstrim dalam membaca. Buku-buku bacaan ayahku pun masih ada beberapa di rumah. Bukunya pun ada yang menggunakan ejaan lama. Dimana lafal j tertulis dj , lafal u tertulis oe. Dan masih banyak ejaan-ejaan lama lainnya. Saya pun susah untuk membacanya.
2. Menulis
Lupa itu kadang lumrah. Orang mungkin seringnya lupa. Saya juga termasuk orang yang terkadang lupa. Makanya saya sering menuliskan apapun. Bahkan sampai kalender pun sering saya corat-coret jika akan ada acara. Karena terkadang lupa.
Menulis yang efektif mulai saya lakukan saat kuliah di IKIP PGRI Semarang dulu. Saya mulai dari menulis surat pembaca ke harian Suara Merdeka. Meskipun hanya surat pembaca dan tidak ada komisi, tapi alangkah bahagianya jika dimuat. Sesaat setelah mengirimkan tulisan surat pembaca, saya selalu ke papan informasi yang menempel koran tersebut. Dan saat tulisan dimuat saya langsung meluncur ke loper koran dan membeli. Lalu saya koleksi dan sampai sekarang korannya masih ada. Orang yang hobi menulis di surat pembaca dinamakan epistoholik. Tulisan-tulisan di surat pembaca pun ada yang saya posting di blog ini. Akan lebih senang lagi jika tulisan kita ditanggapi oleh orang lain di lain waktu. Tapi setelah mulai bekerja, menulis di surat pembaca sudah tidak pernah saya lakukan lagi.
Saya pun sering mengirimkan tulisan-tulisan saya ke kolom Wacana dan Opini di Suara Merdeka. Tapi tidak pernah dimuat. Mungkin tulisan saya kurang berbobot seperti para pakar. Sudah beberapa kali mengirimkan dan selalu gagal muat. Untuk sementara waktu pun saya menyerah untuk mengirimkan tulisan Artikel saya ke Koran.
Blog ini pun saya gunakan sebagai wadah atau sarana saya memposting tulisan-tulisan hasil pemikiran dan hasil renungan. Ah, menulis memang membuatku bahagia. Saya pun selalu teringat akan kata-kata dari penulis kenamaan Pramoedya Ananta Toer, yaitu “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
Saya memiliki pemikiran untuk menciptakan sejarah hidupku dengan menulis. Minimal dibaca oleh orang banyak, kalaupun tidak ya dibaca oleh keluargaku dan anakku kelak. Kalaupun tidak ya minimal tulisan-tulisanku saya baca sendiri. Hehe. Setidaknya menulis dapat membuat kita mengekspresikan diri daripada hanya sekedar membaca tulisan orang lain saja. Alangkah kerennya jika ikut berpartisipasi dalam menulis.
3. Jalan-jalan
Inilah hobi yang menyenangkan. Jangan diartikan jalan-jalan itu dengan arti yang sempit jalan kaki kemana-mana. Jalan-jalan di sini saya artikan sebagai keluarnya umat manusia dari rumahnya lalu menuju tempat lain. Ah, terlalu tinggi artinya. Intinya jalan-jalan itu pergi ke mana saja dengan mengendarai motor ke tempat-tempat yang indah. Air terjun, pantai, atau taman. Bahkan sekarang sudah banyak sekali tempat-tempat wisata. Menurut saya, sekarang berwisata sudah menjadi kebutuhan primer keempat setelah pangan, sandang dan papan.
Tempat-tempat wisata baru sekarang bermunculan. Entah itu tempat wisata buatan atau tempat wisata alami yang juga sudah semakin terjamah oleh orang. Bahkan tempat wisata yang sulit dijangkau orang, semakin banyak dikunjungi dan diminati. Jalan-jalan sudah menjadi pengobat kebosanan manusia. Ah, mungkin bukan saya saja yang hobi jalan-jalan.
Hobi yang kita buat sendiri dan kita nikmati sendiri tanpa terikat oleh waktu. Orang pun semakin banyak membuat status di BBM, FB, IG, Twitter atau yang lainnya dengan tulisan OTW. On the Way yang berarti sedang di dalam perjalanan. Berarti orang sekarang semakin menunjukkan hobinya tanpa disadari. Hobi jalan-jalan tentunya.
4. Naik Gunung
Pertama kali naik gunung aku lakukan saat kuliah dulu. Diajak oleh komtingku, saudara Ardi Setiawan. Dialah komting abadi di kelasku waktu kuliah. Sampai sekarang pun masih dipanggil pak Komting. Saat itu dia mengajak seluruh anggota kelas untuk muncak. Tapi hanya sedikit yang bisa. Saya lupa jumlahnya. Dokumentasi foto pun terbatas, karena waktu itu tidak secanggih sekarang. Masih menggunakan kamera jadul yang hanya 36 kali jepretan saja kalau tidak salah, dan bukan kamera digital. Nasib sialnya kamera masuk ke mangkok bakso saat sudah turun. Alhasil pun hanya beberapa foto yang terselamatkan. Padahal waktu itu saya sudah berpose keren saat di puncak, tapi tidak bisa dicetak. Mungkin karena dulu aku berniat pamer, jadi membawa akibat yang tidak baik. Pelajaran moralnya adalah “jangan niat pamer terhadap sesuatu, karena akan membawa petaka”.
Setelah muncak pertama itu, saya merasakan sensasi yang luar biasa nikmatnya. Ingin rasanya muncak terus waktu itu, namun apa daya, yang namanya kantong mahasiswa tak bisa dibohongi. Saya tidak cukup kaya untuk selalu muncak setiap waktu. Jika saya paksakan untuk muncak, ah mungkin saya akan mencari donasi teman-teman untuk makan waktu kuliah dulu. Uang saku hanya pas untuk makan 3 kali sehari dan untuk ongkos pulang. Meskipun sering sekali hutang ke teman kos saat mau pulang dulu. Jika teringat hal ini, rasanya ingin senyum-senyum sendiri. Ah, betapa kurangnya aku waktu kuliah dulu.
5. NgeBlog
Hobi ini saya mulai tahun 2009. Setelah lulus kuliah tahun 2008 sepertinya tidak ada kegiatan. Lalu saya pun sering berkunjung ke warnet untuk online. Tahun 2009 saya pun membuat blog ini. Awalnya semangat nulis meskipun hanya berbekal tulisan di kertas lalu saya tulis lagi di komputer pentium 2 hasil lungsuran kakak dan saya upload di warnet. Cukup repot memang kalau hobi ngeblog tidak punya fasilitas pribadi. Tanpa meminta, saya diberi komputer pentium 3 oleh kakak. Komputer yang kadang hang dengan sendirinya. Kadang mati-mati sendiri. Tapi tidak apalah, saya pun menulis disitu, lalu menyimpan dalam flasdisk dan menguploadnya, kembali harus ke warnet. Cukup rajin ke warnet pada periode tahun itu.
Setelah bekerja, saya pun berpikir bahwa laptop itu menjadi kebutuhan untuk bekerja. Maka, saya menabung untuk membeli laptop. Mulailah saya menulis di laptop, lalu saya menyisihkan uang untuk membeli modem. Akhirnya bisa online di rumah sewaktu-waktu. Mengupdate blog, utak atik template, nambah pernak-pernik sana sini. Malah isi dari blog pun tidak ada sama sekali. Hanya berkutat pada tampilan saja. Bertahun-tahun pun saya vakum dari update blog. Tahun 2017 ini tiba-tiba kok ingin selalu menulis dan berbagi tentang apapun ke media blog. Bisa dikatakan saya adalah blogger yang kurang rajin. Karena posting tulisan masih sedikit. Hehe.
6. Memelihara burung berkicau
Inilah hobi turunan. Hobi ini menurun dari ibukku. Beliau seorang wanita namun gemar sekali memelihara burung berkicau. Saat kecil dulu saya sering diminta bantuan untuk membersihkan kandang, memberi makan dan minum burung berkicau peliharaan ibu saya. Juga memandikan burung. Hal itu saya lakukan lumayan sering. Semakin sering saya lakukan yang diperintahkan oleh ibuk ternyata membuat saya malah menjadi senang dengan burung berkicau. Alhasil pun sampai sekarang saya memelihara burung berkicau. Meskipun bukan burung dengan harga jutaan rupiah, namun saya suka. Sekali lagi hobi itu kesukaan menurut saya, bukan karena gengsi-gengsian dengan teman.
7. Koleksi Buku
Saya mulai pertama kali membeli buku non pelajaran kalau tidak salah ingat pada tahun 2006. Saat masih kuliah S-1 Pendidikan Matematika dulu. Buku berjudul “Mengatasi Rasa Sepi, Frustasi, dan Rendah Diri” karangan Dr. Frank S.Caprio. Dari judulnya kelihatan jelas bahwa pada saat itu keadaan diriku seperti yang ada di dalam judul. Maklumlah, yang namanya mahasiswa rantau, dengan uang pas-pas an. Sering merasa rendah diri waktu itu. Motor pun tak punya saat itu, kemana-mana memang berbekal naik bus, jalan kaki, atau nebeng teman. Namun setelah berumur kepala tiga sekarang, ternyata pikiran saya waktu itu sungguh lucu. Kenapa harus kesepian,frustasi, dan rendah diri waktu itu ya? Setelah umur kesekian akhirnya terjawab, mungkin dulu khayalanku terlalu muluk-muluk jadinya kurang menikmati hidup. Aduh, kenapa malah curhat.
Kembali ke koleksi buku, setelah itu saya pun menjadi semakin sering menyisihkan uang untuk membeli buku non pelajaran atau selain buku-buku kuliah. Saya termasuk manusia langka waktu itu, karena semakin sering membeli buku-buku bukan untuk keperluan kuliah. Tapi, bagaimana lagi, yang namanya orang suka ya pasti akan selalu dikejar dan dipenuhi. Itulah hobi. Sampai sekarang pun saya masih sering membeli buku-buku yang menarik. Entah itu novel, atau buku-buku pengembangan diri. Dengan adanya online shop, saya pun banyak membeli buku-buku dari olshop. Dari yang membeli di website penjual buku atau twitter. Tak jarang saya juga membeli buku-buku bekas yang masih bagus.
8. Nonton Bola
Mungkin yang satu ini dapat dikatakan bukan hobi. Nonton bola menjadi semacam make-up bagi para pria mungkin. Karena sudah melekat dan menjadi kebanggan. Hampir sebagian besar pria atau laki-laki suka dengan bola. Saya mengatakan sebagian besar berarti tidak semua laki-laki suka bola.
Nonton bola ini saya bagi menjadi dua. Yaitu nonton di televisi dan nonton di stadion langsung. Nonton di televisi pasti sudah menjadi rutinitas bagi para pria penyuka bola. Ini juga sering saya lakukan. Entah dilakukan saat akhir pekan pada saat pertandingan liga-liga eropa, atau saat tengah pekan saat liga champions eropa. Liga Indonesia sekarang pun semakin sering disiarkan live di televisi. Menjadi semacam penyejuk dahaga tontonan, ditengah-tengah tayangan-tayangan televisi yang hanya berisi sinetron-sinetron kurang mendidik.
Nonton langsung di stadion juga kadang saya lakukan. Berbahagialah bagi orang yang di kota/kabupatennya ada tim sepakbola yang terurus dan punya stadion representatif. Nonton Persijap Jepara langsung sering saya lakukan. Saat masih SMA dan kuliah dulu, saya sering sekali nonton pertandingan di Stadion Kamal Djunaidi atau stadion lama. Pokoknya nonton bermodalkan uang untuk membeli tiket dan untuk ongkos naik bus. Dulu saat berangkat nonton pasti naik bus, dan pulangnya nunut atau ikut rombongan orang lain di truk atau colt. Kadang tidak kenal yang penting ikut pulang.
Dan kemarin saya juga menonton dengan istri saya. Alangkah senangnya istri, saat saya ajak nonton langsung Persijap di stadion. Karena baru pertama kali, dan saya yang mengajaknya. Mungkin saya memang termasuk anggota PSSI (Persatuan Suami Sayang Istri). Hehehe.
9. Futsal
Ini hobi dari tempat kerjaan. Saya mengenal futsal pada tahun 2009-2010 saat awal bekerja dan diajak oleh teman-teman se kantor. Futsal ini dilakukan satu minggu sekali saat hari Rabu, lumayanlah untuk mencari dan mengeluarkan keringat, di tengah-tengah rutinitas pekerjaan. Awalnya banyak sekali yang ikut futsal ini, tapi lama kelamaan habis juga. Namanya juga seleksi alam, kalau tidak suka ya akan ditinggalkan. Saya memang memanfaatkan futsal ini untuk berolahraga dan mengakrabkan diri dengan teman. Saya tidak ingin mencari prestasi atau harus bermain bagus, karena saya bukan orang yang terlalu pandai bermain futsal. Permainan pun standar, yang penting bisa nendang dan bisa lari. Itu saja sudah cukup membuatku bahagia.
10. Trabas
Ini hobi khayalan. Ya, memang hobi ini belum saya lakukakan. Tapi saya masih mendambakannya. Saya memang masih berniat membeli motor trail dan menaikinya. Namun, masih belum kesampaian. Istri pun masih mengingatkan tentang skala prioritas.
Hobi khayalan ini dari kecil sebenarnya sudah terpikirkan. Saat masih nonton balap trail di TVRI, mungkin masih ada yang ingat dengan nama Johnny Pranata, Tonk Enk, dan lainnya. Saat menonton mereka waktu kecil, saya sudah ingin mengendarai trail. Apalagi saat mengangkat motor di atas tanjakan. Ah, ingin sekali aku menaikinya. Namun hobi ini masih hobi khayalan.
![]() |
Sumber foto : www.suaramerdeka.com |
Hobi orang lain mungkin lebih banyak dari saya, atau malah lebih sedikit. Yang jelas, ini hanyalah sebuah hobi. Dimana saya melakukannya di saat waktu luang dan tidak mengganggu pekerjaan, juga tidak mengganggu waktu dengan keluarga. Hobi yang saya lakukan pun tidak sekali tempo dalam melakukannya, namun berbeda-beda waktunya. Sekali lagi, hobi saya lakukan supaya kita dapat memanfaatkan waktu luang kita untuk melakukan hal yang kita senangi dan membuat hidup lebih bermakna terlepas dari pekerjaan. Yang pasti, saat melakukan hobi saya merasakan sensasi yang menyenangkan hidup. Lepaslah kepenatan, hilanglah kejenuhan, wajah pun ceria.
Terima kasih sudah mampir di blog saya.
Silahkan isikan komentar / pesan anda
EmoticonEmoticon