Literasi sering dihubungkan dengan huruf atau aksara.
Literasi berasal dari bahasa Inggris 'literacy',
yang artinya kemampuan untuk membaca dan menulis. Ojose (2011) mendefinisikan
literasi matematika sebagai pengetahuan untuk mengetahui dan menerapkan
matematika dasar dalam kehidupan kita sehari-hari pada masa lalu dan juga masa
sekarang, kemampuan membaca atau menulis merupakan kompetensi utama yang sangat
dibutuhkan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Tanpa kemampuan membaca dan
menulis, komunikasi antar manusia sulit berkembang ke taraf yang lebih tinggi.
Menurut Martin (2007), literasi lebih daripada kemampuan membaca, menulis,
berbicara, dan penggunaan bahasa, literasi adalah kemampuan menggunakan bahasa
dan lebih ke aktivitasnya. Aktivitas sangat penting dalam pembelajaran
matematika karena dapat membantu meningkatkan prestasi siswa. Materi yang
dipelajari dalam komponen konten
berdasarkan PISA 2012 Draft Mathematics Framework meliputi perubahan dan hubungan (change and relationship), ruang dan
bentuk (space and shape), bilangan (quantity), dan ketidakpastian data (uncertainty and data). Konten materi yang
diuji dalam studi PISA dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1. Proporsi Skor
Sub-sub Komponen Konten yang Diuji dalam Studi PISA (OECD, 2013)
Komponen
|
Materi yang diuji
|
Skor (%)
|
Konten
|
Ruang dan bentuk
|
25
|
Perubahan dan
hubungan
|
25
|
|
Bilangan
|
25
|
|
Ketidakpastian
dan data
|
25
|
Konten matematika yang
digunakan dalam PISA matematika yang sesuai dengan kurikulum sekolah adalah
sebagai berikut.
(1) Ruang
dan Bentuk (Space and Shape) berkaitan dengan pokok pelajaran geometri.
Soal tentang ruang dan bentuk ini menguji kemampuan siswa mengenali bentuk,
mencari persamaan dan perbedaan dalam berbagai dimensi dan representasi bentuk,
serta mengenali ciri-ciri suatu benda dalam hubungannya dengan posisi benda
tersebut.
(2) Perubahan
dan Hubungan (Change and relationship) berkaitan dengan pokok pelajaran
aljabar. Hubungan matematika sering dinyatakan dengan persamaan atau hubungan
yang bersifat umum, seperti penambahan, pengurangan, dan pembagian. Hubungan
itu juga dinyatakan dalam berbagai simbol aljabar, grafik, bentuk geometris,
dan tabel.
(3) Bilangan
(Quantity) berkaitan dengan hubungan bilangan dan pola bilangan, antara
lain kemampuan untuk memahami ukuran, pola bilangan, dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan bilangan dalam kehidupan sehari-hari, seperti menghitung dan
mengukur benda tertentu. Termasuk ke dalam konten bilangan ini adalah kemampuan
bernalar secara kuantitatif, mempresentasikan sesuatu dalam angka, memahami
langkah-langkah matematika, berhitung di luar kepala, dan melakukan penaksiran.
(4)
Probabilitas/Ketidakpastian
(Uncertainty) berhubungan dengan
statistik dan peluang yang sering digunakan dalam masyarakat. Konsep dan
aktivitas matematika yang penting pada bagian ini adalah mengumpulkan data,
analisis data dan menyajikan data, peluang, dan inferensi.
Komponen proses dalam studi PISA
dimaknai sebagai langkah-langkah seseorang untuk menyelesaikan suatu
permasalahan dalam situasi atau konteks tertentu dengan menggunakan matematika
sebagai alat sehingga permasalahan itu dapat diselesaikan. Tabel 2.2 berikut
ini menyajikan persentase skor untuk masing-masing kemampuan yang diujikan
dalam komponen proses.
Tabel 2.2. Proporsi Skor
Sub-sub Komponen Proses yang Diuji dalam Studi PISA (OECD, 2013)
Komponen
|
Kemampuan yang diujikan
|
Skor (%)
|
Proses
|
Mampu merumuskan
masalah secara matematis
|
25
|
Mampu menggunakan konsep, fakta, prosedur dan
penalaran dalam matematika
|
50
|
|
Menafsirkan, menerapkan dan mengevaluasi hasil
dari suatu proses matematika
|
25
|
Kemampuan proses didefinisikan sebagai kemampuan
seseorang dalam merumuskan (formulate), menggunakan (employ) dan menafsirkan (interpret) matematika untuk memecahkan masalah.
Komponen konteks dalam studi PISA dimaknai sebagai
situasi yang tergambar dalam suatu permasalahan. Konteks bertujuan untuk
menilai pemahaman matematika siswa. Ada empat konteks yang menjadi fokus,
yaitu: konteks pribadi (personal), konteks pekerjaan (occupational), konteks sosial (social)
dan konteks ilmu pengetahuan (scientific).
Tabel 2.3 berikut ini menunjukkan persentase skor untuk tiap-tiap konteks
tersebut.
Tabel 2.3 Proporsi Skor
Sub-sub Komponen Konteks yang Diuji dalam Studi PISA (OECD, 2013)
Komponen
|
Penamaan konteks
|
Skor (%)
|
Konteks
|
Pribadi
|
25
|
Pekerjaan
|
25
|
|
Sosial
|
25
|
|
Ilmu pengetahuan
|
25
|
Konteks matematika
dibagi ke dalam empat hal yang dijabarkan sebagai berikut.
(1) Konteks
pribadi, yang secara langsung berhubungan dengan kegiatan pribadi siswa
sehari-hari. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari tentu para siswa menghadapi
berbagai persoalan pribadi yang memerlukan pemecahan secepatnya. Matematika
diharapkan dapat berperan dalam menginterpretasikan permasalahan dan kemudian
memecahkannya.
(2) Konteks
pekerjaan, yang berkaitan dengan kehidupan siswa di sekolah dan atau di
lingkungan tempat bekerja. Pengetahuan siswa tentang konsep matematika
diharapkan dapat membantu untuk merumuskan, melakukan klasifikasi masalah, dan
memecahkan masalah pendidikan dan pekerjaan pada umumnya.
(3) Konteks
sosial, yang berkaitan dengan penggunaan pengetahuan matematika dalam kehidupan
bermasyarakat dan lingkungan yang lebih luas dalam kehidupan sehari-hari. Siswa
dapat menyumbangkan pemahaman mereka tentang pengetahuan dan konsep
matematikanya itu untuk mengevaluasi berbagai keadaan yang relevan dalam
kehidupan di masyarakat.
(4)
Konteks
ilmu pengetahuan, yang secara khusus berhubungan dengan kegiatan ilmiah yang
lebih bersifat abstrak dan menuntut pemahaman dan penguasaan teori dalam
melakukan pemecahan masalah matematika.
Selanjutnya kerangka penilaian
literasi matematika dalam PISA 2012
menyebutkan bahwa kemampuan proses melibatkan tujuh hal penting sebagai
berikut.
1.
Communication. Literasi matematika
melibatkan kemampuan untuk mengomunikasikan masalah. Seseorang melihat adanya
suatu masalah dan kemudian tertantang untuk mengenali dan memahami permasalahan
tersebut. Membuat model merupakan langkah yang sangat penting untuk memahami,
memperjelas, dan merumuskan suatu masalah. Dalam proses menemukan penyelesaian,
hasil sementara mungkin perlu dirangkum dan disajikan. Selanjutnya, ketika
penyelesaian ditemukan, hasil juga perlu disajikan kepada orang lain disertai
penjelasan serta justifikasi. Kemampuan komunikasi diperlukan untuk bisa
menyajikan hasil penyelesaian masalah.
2.
Mathematising.
Literasi matematika juga melibatkan
kemampuan untuk mengubah (transform)
permasalahan dari dunia nyata ke bentuk matematika atau justru sebaliknya yaitu
menafsirkan suatu hasil atau model matematika ke dalam permasalahan aslinya.
Kata 'mathematising' digunakan untuk
menggambarkan kegiatan tersebut.
3.
Representation. Literasi matematika
melibatkan kemampuan untuk menyajikan kembali (representasi) suatu permasalahan
atau suatu obyek matematika melalui hal-hal seperti: memilih, menafsirkan,
menerjemahkan, dan mempergunakan grafik, tabel, gambar, diagram, rumus,
persamaan, maupun benda konkret untuk memotret permasalahan sehingga lebih
jelas.
4.
Reasoning and
Argument. Literasi matematika
melibatkan kemampuan menalar dan memberi alasan. Kemampuan ini berakar pada
kemampuan berpikir secara logis untuk melakukan analisis terhadap informasi
untuk menghasilkan kesimpulan yang beralasan.
5.
Devising
Strategies for Solving Problems. Literasi
matematika melibatkan kemampuan menggunakan strategi untuk memecahkan masalah.
Beberapa masalah mungkin sederhana dan strategi pemecahannya terlihat jelas,
namun ada juga masalah yang perlu strategi pemecahan cukup rumit.
6.
Using
Symbolic, Formal and Technical Language and Operation. Literasi matematika melibatkan kemampuan menggunaan
bahasa simbol, bahasa formal dan bahasa teknis.
7. Using
Mathematics Tools. Literasi matematika melibatkan kemampuan
menggunakan alat-alat matematika, misalnya melakukan pengukuran, operasi dan
sebagainya.
Sumber :
Ojose, B. 2011. ”Mathematics Literacy: Are We Able to Put the
Mathematics We Learn into Everyday Use”. Journal
of Mathematics Education, Volume 4. No. 1.
hal. 89-100.
OECD. 2013. PISA 2012 Results:
What Students Know and Can Do – Student Performance in Mathematics, Reading and
Science (Volume I). PISA. OECD
Publishing.
Martin,
H. 2007. Mathematical Literacy.
Making Math Connection: Using
Real-World Applications With Middle School Students.