Pendidikan Karakter dalam Matematika



Karakter terdiri dari nilai operatif, nilai dalam tindakan. Kita berproses dalam karakter kita, seiring suatu nilai menjadi suatu kebaikan, suatu disposisi batin yang dapat diandalkan untuk menanggapi situasi dengan cara yang menurut moral itu baik. Karakter yang terasa demikian memiliki tiga bagian yang saling berhubungan, yaitu: pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Karakter yang baik terdiri dari mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang baik, dan melakukan hal yang baik – kebiasaan dalam cara berpikir, kebiasaan dalam hati, dan kebiasaan dalam tindakan (Lickona, 2012: 81-82). 

Juknis Pendidikan Karakter dari Kementerian Pendidikan Nasional (2010) menyatakan bahwa pendidikan karakter merupakan proses pengembangan sikap, perilaku, motivasi, dan keterampilan yang ada pada diri manusia untuk membentuk kepribadian dan berwatak yang baik. Watak yang baik merupakan salah satu ranah dalam proses pembelajaran yaitu ranah afektif, yang harus dikembangkan sebagai produk pendidikan.
 
Menurut Freud (Soedarsono, 2008) bahwa karakter adalah kumpulan tata nilai yang mewujud dalam suatu sistem daya juang yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku. Karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri seseorang melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, dan pengaruh lingkungan yang dipadukan dengan nilai dalam diri manusia. Sedangkan Khan (2010: 34) mengemukakan bahwa karakter merupakan sikap pribadi yang stabil bagi proses konsolidasi secara progresif dan dinamis, integrasi pernyataan dan tindakan. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tatakrama, budaya, dan adat istiadat.

Pendidikan karakter dapat juga diartikan secara liberatif, seperti yang diungkapkan oleh Koesoema (2010: 194) yaitu sebuah usaha dari individu, baik secara pribadi (melalui pengolahan pengalamannya sendiri), maupun secara sosial (melalui pengolahan pengalaman atas struktur hidup bersama, khususnya, perjuangan pembebasan dari struktur yang menindas) untuk membantu menciptakan sebuah lingkungan yang membantu pertumbuhan kebebasannya sebagai individu sehingga individualitas dan keunikannya dapat semakin dihargai. Lebih lanjut menurut Koesoema, nilai-nilai dalam pendidikan karakter yaitu : (1) nilai agama; (2) nilai keindahan; (3) nilai kerja; (4) nilai cinta tanah air; (5) nilai demokrasi; (6) nilai kesatuan; (7) menghidupi nilai moral; dan (8) nilai-nilai kemanusiaan.
 
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam ligkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang berangkutan. Artinya, pengembangan budaya dan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial, budaya masyarakat, dan budaya bangsa. Lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah Pancasila; jadi pendidikan budaya dan karakter bangsa haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Dengan kata lain, mendidik budaya dan karakter bangsa adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peserta didik melalui pendidikan hati, otak, dan fisik.
 
Proses  pengembangan  nilai-nilai  yang  menjadi  landasan  dari  karakter  itu  menghendaki  suatu proses yang berkelanjutan. Dalam mengembangkan pendidikan  karakter bangsa, kesadaran  akan  siapa dirinya dan bangsanya adalah bagian  yang  teramat penting. Kesadaran  tersebut hanya dapat terbangun  dengan  baik  melalui  sejarah  yang  memberikan  pencerahan  dan penjelasan  mengenai  siapa  diri  bangsanya  di  masa  lalu  yang  menghasilkan dirinya  dan  bangsanya  di masa  kini. Di dalam juknis dari Kemendiknas (2010) tentang pendidikan karakter, terdapat sejumlah nilai untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa yang berjumlah 18 nilai, yaitu: (1) religius; (2) jujur; (3) toleransi; (4) disiplin; (5) kerja keras; (6) kreatif; (7) mandiri; (8) demokratis; (9) rasa ingin tahu; (10) semangat kebangsaan; (11) cinta tanah air; (12) menghargai prestasi; (13) bersahabat/komunikatif; (14) cinta damai; (15) gemar membaca; (16) peduli lingkungan; (17) peduli sosial; dan (18) tanggung jawab.

Pendidikan matematika yang berhasil akan mampu menghasilkan insan yang mampu berpikir jelas, tepat, singkat, teratur, dan sahih. Kemampuan ini menjadi prasyarat bagi terbentuknya manusia yang memiliki kemandirian. Pendidikan matematika akan berperan secara maksimal dalam rangka pembentukan karakter bangsa apabila guru memahami karakteristik dan nilai-nilai yang terkandung dalam matematika dan pembelajarannya (Suyitno, 2012). Dalam penelitian ini tidak akan dikaji atau dikembangkan seluruh nilai pendidikan karakter, namun akan diambil dua nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa yaitu karakter mandiri dan tanggung jawab.

Sumber Rujukan :
Lickona, T. 2012. Mendidik untuk Membentuk Karakter: Bagaimana Sekolah dapat Memberikan Pendidikan tentang Sikap Hormat dan Bertanggung Jawab. Terjemahan Juma Abdu Wamaungo. Jakarta: Bumi Aksara.
 
Soedarsono, S. 2008. Membangun Kembali Jati Diri Bangsa. Peran Penting Karakter dan Hasrat untuk Berubah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Kompas Gramedia.

Khan,Y. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri Mendongkrak Kualitas. Yogyakarta: Pendidikan Pelangi Publishing.

Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Balitbang Puskur.

Koesoema, D. A. 2010. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo.
 
Suyitno, H. 2012. ”Nilai-nilai Pendidikan Matematika bagi Pembentukan Karakter Bangsa”. Makalah. Seminar Nasional Matematika 2012 Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang, 13 Oktober.