Ujian Nasional sekarang ini kurang nggreget. Kurang bernyawa dan semakin dianggap remeh oleh sebagian siswa. Sekarang ini, Ujian Nasional tidak digunakan lagi sebagai penentu kelulusan siswa. Lulus tidaknya siswa ditentukan oleh Sekolah masing-masing. Nah, inilah yang menurut saya, Ujian Nasional sudah tidak menjadi momok menakutkan dikalangan siswa.
Sisi baiknya, siswa tidak menjadi takut terhadap pelaksanaan Ujian Nasional. Sisi kurang baiknya, jelas beberapa siswa akan menganggap remeh dan sepele pelaksanaan Ujian Nasional sekarang ini. Jika dulu siswa berlomba-lomba untuk belajar dengan giat agar mencapai nilai minimal kelulusan, sekarang ini belajar dengan giat hanya dilakukan oleh sebagian siswa yang menganggap Ujian Nasional penting dan bermanfaat bagi dirinya. Terlebih jika siswa tersebut akan melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri, otomatis mereka akan berlomba-lomba untuk meraih nilai tinggi. Karena seleksi penerimaan Perguruan Tinggi jalur SNMPTN menggunakan nilai Ujian sebagai patokan. Meski porsinya tidak terlalu banyak dan ada perhitungannya tersendiri.
Lalu, terkadang timbul pertanyaan pada diri sendiri. Kenapa kalau Ujian Nasional bukan penentu kelulusan masih saja diselenggarakan? Apakah memang digunakan sebagai pemetaan pendidikan di Indonesia atau hanya untuk menghabiskan anggaran? Ah, rasanya tak pantas jika aku menjawabnya dan tidak berwenang untuk menjawab. Lebih baik mengajar dan mendidik siswa dengan baik sesuai dengan kemampuan yang aku miliki. Meskipun terkadang hasilnya tidak sesuai yang diharapkan.
Ingat Ujian Nasional, akupun ingat saat Ujian Nasional waktu SMA dulu. Saat itu, Ujian Nasional digunakan sebagai patokan kelulusan siswa. Nilai 4,01 adalah nilai terendah yang harus dicapai siswa jika ingin lulus saat itu. Akupun mencoba sekuat tenaga untuk belajar dengan keras agar memperoleh nilai di atas 4,01. Namanya siswa, pasti belajarnya semalam sebelum Ujian dan itu pun aku lakukan. Ternyata memang tidak baik kalau belajar hanya sehari semalam sebelum Ujian. Hasilnya pun tidak maksimal karena materi yang harus dipelajari ternyata banyak sekali. Hanya orang-orang yang diberi kekuatan super saja yang mungkin dapat belajar dengan baik semalaman sebelum Ujian dan hasilnya baik.
Nilai hasil Ujian ku dulu pun tidak bagus. Malah bisa dikatakan di bawah standar. Aku sadar akan hal itu. Karena seharusnya dulu, aku lebih rajin belajar, dan tekun. Maka hasilnya pun akan memuaskan. Sekarang ini aku pun mengajari ke siswa-siswaku untuk belajar secara rutin dan tekun, jangan belajar saat malam harinya saja sebelum Ujian. Karena berdasarkan pengalaman pribadi, jadi ada baiknya berbagi. Aku selalu memotivasi para siswa untuk selalu belajar. Tidak mudah memang untuk memotivasi siswa lalu siswa melakukannya dengan baik. Tantangan guru memang semakin berat jika ingin mendapatkan kualitas pendidikan yang lebih baik.
![]() |
Sumber gambar : http://manoa.hawaii.edu/undergrad/ssc/test/ |
Aku tidak tahu apakah aku saja yang merasa susah untuk memotivasi siswa SMK belajar agar dapat nilai baik saat Ujian Nasional atau ada teman-teman yang lain. Terkadang semangat untuk mengajar dan memotivasi hilang, karena siswa yang memang tidak mau untuk belajar. Tapi saat melihat satu atau dua siswa yang masih tekun dalam belajar, semangat kembali lagi. Guru memang harus pintar dalam mengatur irama hidup, agar selalu konsisten dalam memotivasi siswa.
Tantangan siswa sebenarnya semakin berat ke depannya. Siswa dituntut harus memiliki skill, dan keunggulan dalam bidang yang dikerjakannya. Jika siswa sudah tidak memiliki antusias dan semangat dalam mengerjakan soal Ujian Nasional, maka yang aku takutkan siswa setelah lulus kurang mampu tekun dalam mengerjakan sesuatu. Ujian Nasional dianggap oleh sebagian siswa golongan malas sebagai hal sepele, namun bagi siswa golongan rajin dianggap sebagai suatu tantangan yang harus ditaklukkan. Tugas sebagai guru lah yang harus terus memotivasi untuk menjadikan siswa golongan malas menjadi rajin. Lalu memupuk siswa golongan rajin untuk terus konsisten dengan apa yang dilakukannya, agar kelak di kemudian hari saat masuk ke dunia kerja, para siswa memiliki ketangguhan dan ketekunan.
Jika Ujian Nasional tidak lagi menjadi penentu kelulusan, sebagai seorang guru harus mencari cara agar siswa mau belajar dan setidaknya membiasakan siswa belajar. Nah, ini juga bukan perkara mudah. Aku sendiri selalu menyemangati siswa untuk belajar dan mengingatkan mereka bahwa setelah Ujian Nasional masih ada Ujian-ujian hidup lain yang harus mereka lalui dengan belajar. Terkadang apa yang aku sampaikan dan berikan kepada siswa masih kurang. Karena kebanyakan siswa setelah mendengarkan penjelasan dari guru, esok harinya sudah lupa.
Sekolah juga harus memiliki tujuan yang pasti jika ingin meningkatkan kualitas dan mutu siswanya. Misalnya dengan lebih memperketat aturan-aturan pemberian nilai, peningkatan kedisiplinan, dan juga pemberian sanksi yang tegas terhadap siswa yang berbuat kecurangan dalam Ujian. Sekolah juga harus berani untuk tidak meluluskan siswa, jika memang siswa dianggap tidak baik dan tidak memenuhi persyaratan untuk lulus. Jika sekolah berani tidak meluluskan siswa yang dianggap tidak baik dengan alasan-alasan yang kuat, maka adik kelas setidaknya akan patuh dan taat terhadap peraturan sekolah. Namun hal ini tidaklah mudah dilakukan, sekolah pasti akan terbentur dengan birokrasi, prestise, jaga gengsi, dan juga permintaan dari beberapa pihak. Sekolah juga akan dikira sulit oleh sebagian masyarakat, karena sering tidak meluluskan siswanya. Pihak sekolah juga pasti memiliki sisi manusiawi kepada orang tua/wali siswa jika memang harus tidak meluluskan siswanya. Tantangan berat memang yang dialami oleh siswa, guru, dan sekolah untuk menjadikan pendidikan bermutu dan berkarakter.
Ujian Nasional yang bukan sebagai penentu kelulusan jelas membuat sekolah berlomba-lomba untuk meluluskan siswanya 100%. Hal ini pasti terjadi, mengingat sistem pendidikan di Indonesia boleh dikatakan belum baik. Para pemikir-pemikir pendidikan di pemerintahan sana harusnya memiliki formula khusus agar dengan tidak digunakannya Ujian Nasional sebagai penentu kelulusan, ada secercah harapan agar pendidikan di Indonesia tumbuh dan berkembang menjadi maju.
Guru harus selalu optimis dalam menyikapi perubahan-perubahan yang terlalu sering terjadi di dalam dunia pendidikan di Indonesia. Guru harus selalu ingat tugas utamanya adalah untuk mengajar dan mendidik siswa agar menjadi manusia yang baik, cerdas, unggul, dan berkarakter. Aku pun selalu belajar untuk itu dan tidak melupakan hal itu. Meskipun kadang terlena dan lupa bahwa profesiku adalah guru. Hehehe.
Catatan Seorang Guru
Taufik Fadholi
Terima kasih sudah mampir di blog saya.
Silahkan isikan komentar / pesan anda
EmoticonEmoticon